Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 01 Maret 2009

STRATEGI PEMBELAJARAN KELOMPOK sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran berbasis siswa Oleh : Dr. H. As’ari Djohar. M.Pd.

A.Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar

Pembelajaran, mengajar, belajar, dalam kegiatan belajar mengajar adalah istilah-istilah yang mempunyai pengertian tersendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dalam pelaksanaannya. karena dapat terjadi secara bersamaan. Merangkum dari berbagai pendapat pakar pendidikan, pengertian istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut. Pembelajaran adalah suatu aktivitas pendidik yang dilakukan secara sengaja sebelum dan selama proses belajar mengajar dalam rangka memodifikasi atau menciptakan berbagai kondisi, situasi dan lingkungan belajar sesuai dengan prinsip pembelajaran yang telah teruji, yang bertujuan mempengaruhi dan membantu siswa untuk belajar, agar proses belajar berjalan optimal dan terjadi perubahan sikap serta prilaku yang diharapkan pada peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran terdiri atas komponen-komponen: 1) Aktivitas profesional pendidik dalam menciptakan berbagai kondisi lingkungan belajar agar proses belajar berlangsung optimal; 2); Adanya scenario aktivitas belajar peserta didik, tersedianya fasilitas, peralatan dan perangkat lunak yang telah dikondisi serta indikator hasil belajar yang dapat diukur atau diamati; 3) Dilaksanakan sebelum dan selama proses belajar mengajar. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran atau proses pembelajaran.
Mengajar adalah segala aktivitas profesional guru di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka mengimplementasikan kurikulum.dengan berupaya menciptakan situasi yang mampu merangsang pembelajar untuk belajar secara optimal berkomunikasi denga berbagai sumber belajar, sehingga siswa mampu menguasai pengetahuan sesuai yang diharapkan oleh kurikulkum.
Belajar adalah suatu proses perubahan permanen pada sikap dan tingkah laku internal peserta didik yang terjadi akibat latihan dan pengalaman melalui tahapan-tahapan tertentu. Proses belajar adalah tahapan-tahapan perubahan ke arah positip pada prilaku kognitif, psikomotor dan afektif yang dilakukan dan terjadi dalam diri peserta didik. Wittig (Muhibbin, 1995) mengemukakan tahapan dalam proses belajar, meliputi: acquisition (tahap perolehan informasi), storage (penyimpanan informasi dalam shortterm dan longterm memory), dan retrieval (mendapatkan kembali informasi). Sedangkan menurut Jerome S Bruner terjadi dalam tiga fase, yaitu: fase informasi, fase transformasi dan fase penilaian.
Proses belajar mengajar adalah interaksi antara guru dan pembelajar di dalam kelas maupun di luar kelas untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan interaktif pengajar dengan pembelajar dan komponen-komponen pembelajaran lainnya, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal, untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Hasil hasil belajar (output) adalah informasi, pemahaman dan pengalaman belajar yang dapat diungkapkan atau ditampilkan kembali oleh seorang pembelajar setelah menyelesaikan proses pembelajaran.

B.Konsep Pendidikan

Ada empat konsep pendidikan yang telah kita kenal dengan latar belakang landasan filosofinya, yakni pendidikan klasik ( Clasical education ), pendidikan pribadi ( personalized education), Teknologi pendidikan dan interactional education. Konsep pendidikan klasik merupakan konsep pendidikan tertua yang bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya (pengetahuan, ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Penidikan berfungsi memelihara, mengawetkan, dan meneruskan semua warisan itu kepada generasi berikutnya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses pendidikan.
Konsep pendidikan pribadi lebih mengutamakan membelajarkan anak, bertolak dari anggapan bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi baik untuk berpikir, memecahkan masalah, berbuat, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan ibarat persemaian berfungsi menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama penyakit. Pendidikanan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik dalam hal ini peserta didik menjadi subjek, dia menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi, sebagai ahli dalam disiplin ilmu, sebagai model, tetapi lebih berfungsi sebagai psikolog yang memahami segala kebutuhan dan minat serta masalah peserta didik. Guru adalah pembimbing, pendorong/motivator, fasilitator, pelayan serta membantu siswa dalam melahirkan ide-idenya. Dalam hal ini konsep pendidikan tidak lagi berfungsi sebagai memelihara, mengawetkan, dan meneruskan semua warisan budaya kepada generasi berikutnya seperti pada pendidikan klasik dan pendidikan teknologi. Sudah banyak kita kenal pembelajaran yang memberi kesempatan anak lebih aktif dalam belajar seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), pembelajaran dengan pendekatan proses, personalized education, mastery Learning, personalized System of Instruction, dan individualized instruction dan Self-Paced Learning.

Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik yakni peranan pendidikan yakni menyampaikan informasi. Perbedaannya pada teknologi pendidikan lebih menguatmakan pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Pendidikan interasional bertolak dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social. Pendidikan sebagai satu bentuk kehidupan juga berintikan kerjasama dan interaksi. Pendidikan interaksional menekankan interaksi dua belah pihak, dari guru kesiswa dan sebaliknya, lebih luas lagi interaksi ini juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupannya.

C.Startegi Pembelajaran Kelompok

Berbagai strategi, metode dan model pembelajaran telah dikembangkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Spektrum pembelajaran dilihat dari kelompok belajar dapat diklasifikasikan ke dalam strategi pembelajaran klasikal, kelompok dan individual. Tentu saja masing-masing memmiliki kekhasan/keunikan dan memiliki kelebihan dan kekurangan, hampir tidak ada satu strategi pembelajaran yang ampuh untuk semua jenis tujuan dan macam materi bahan ajar yang harus dikuasai pembelajar, demikian juga metode mengajar.
Strategi pembelajaran kelompok adalah sebagai suatu strategi yang patut dipertimbangkan dalam upaya membelajarkan pembelajar, suatu prosedur yang teratur, terencana dan sistematis dalam kegiatan pembelajaran melalui kelompok untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran kelompok berpusat pada : (1) pada peserta didik, (2) experimental learning, (3) tujuan belajar, (4) kebutuhan belajar, (5) pemberdayaan, (6) futuristik, (7) partisipatif, (8) bertahap dan berkesinambungan. Metode-metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran kelompok, diantaranya: pemecahan masalah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran, simulasi, situasi hipotesis, games (permainan), role play, peer tutorial, kerja kelompok, kerja proyek dan sebagainya.
Di dalam kegiatan pembelajaran kelompok pendidik perlu memotivasi dan melibatkan peserta didik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran kelompok mendorong penampilan peserta untuk melakukan saling membelajarkan dan melaksanakan tugas dengan intensitas tinggi. Di samping keunggulan terdapat pula kelemahan dari metode pembelajaran kelompok, diantaranya: (1) cenderung mengabaikan pembelajaran individual, (2) alokasi waktu tidak mudah ditentukan, (3) Jumlah peserta didik akan berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran, (4) pendidik (fasilitator) dituntut memiliki kualifikasi tinggi; (5) pembelajaran dapat didominasi oleh satu atau dua orang.
Untuk mengatasi kelemahan yang cenderung mengabaikan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran konkruen. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran kelompok dimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi terhadap satu obyek tugas dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota kelompok. Sedangkan pembelajaran konkruen adalah pembelajaran di dalam kelompok dimana analisis masalah dan pemecahannya serta perencanaan dikerjakan dan disepakati bersama, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masing individu di dalam kelompok. Di dalam melaksanakan kegiatan, anggota kelompok dapat saling membantu kesulitan yang dihadapi anggota lainnya di dalam kelompok.
Di dalam pembelajaran kelompok berkumpul para peserta didik yang saling berinteraksi dan memiliki tujuan tujuan bersama. Mereka saling bertukar pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap serta perilaku. Oleh karena itulah di dalam pembelajaran kelompok terjadi dinamika kelompok. Menurut Lemlech (1979:44) di dalam suatu kelompok terdapat dinamika antar kelompok dan dinamika di dalam kelompok sendiri.. Dinamika tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga mempengaruhi pembelajaran yang terjadi di dalam kelompok.
Efektivitas pembelajaran kelompok melibatkan peran pendidik sebagai fasilitator dan siswa, khususnya pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok berperanan membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh seluruh anggota kelompok. Cooper (1990: 315) mengemukakan beberapa peranan dalam kelompok, yaitu:
Leader atau pemimpin kelompok biasanya dipilih dan muncul secara informal. Pemimpin biasanya mengembangkan potensi kepemimpinan pada saat anggota kelompok tidak memutuskan apa yang harus dilakukan, atau anggota mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan.
Authority/ Reference/ Adviser. Di dalam suatu kelompok sering ada anggota kelompok yang memiliki kekuasaan karena pengetahuan atau kemampuan khusus yang dimiliki sehingga apa yang dikatakannya selalu di dengar dan menjadi acuan.
Entertainer. Di dalam kelompok biasanya juga muncul orang yang sering menghibur dengan kata-kata lucu, perilaku jenaka, dll.
Peacemaker. Anggota kelompok ini sangat tidak menyukai terjadinya konfrontasi dan cenderung menjadi fasilitator, negosiator, dan pembuat kompromi terhadap perbedaan pendapat, cara menyelesaikan masalah atau sikap dan prilaku yang menimbulkan konflik atau konfrontasi di anatar anggota kelompok.
Worker/ Follower adalah orang yang melakukan pekerjaan berdasarkan basis kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin, dan biasanya mayoritas dalam kelompok. Seorang worker biasanya juga seorang follower (pengikut) yang mudah sekali dipengaruhii untuk berubah, tetapi kuncinya pada pemimpin kelompok. Apabila pemimpin kelompok berhasil dibujuk, biasanya mereka akan dengan mudah mengikutinya.

Ada beberapa karakteristik di dalam proses pembelajaran kelompok sebagaimana dikemukakan oleh Burden and Byrd (1999:234), yaitu (1) Setiap kelompok harus memiliki tujuan, meskipun mungkin ada anggota kelompok yang tidak memiliki tujuan. Sebuah kelompok yang tidak memiliki tujuan kelompok, bukanlah kelompok; (2) Setiap kelompok memiliki norma.
Bentuk pembelajaran kelompok meliputi:
Clinics, bisanya untuk memecahkan masalah (problem solving) atau menemukan gangguan (trouble shooting) dan analisis sistem.
Exhibits, Fairs, Festifals, dimana kelompok memamerkan, menawarkan atau menjual produk
Demonstration, dimana peserta mendemonstrasikan kinerjanya secara kelompok
Action projects, biasanya kegiatan yang bersifat sosial.
Workshop, biasanya untuk menghasilkan suatu pedoman yang akan disepakati bersama dan menjadi pedoman oleh siapa saja yang akan menggunakannya, bukan hanya kelompok tsb.
Clubs and Organized groups, biasanya kegiatan yang berkaitan dengan minat atau hobi.
Conferences and Convention, biasanya kegiatan yang bersifat formal yang akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang mengikat anggota kelompok.
Course atau kursus untuk program tertentu yang spesifik.
Large meetings, dimana peserta dalam jumlah besar mengadakan pertemuan untuk membahas sesuatu hal, misal melalui seminar atau lokakarya.

D.Pengukuran Hasil Belajar

1.Pengertian Hasil Belajar

Di dalam teori belajar, belajar dipandang sebagai proses dan sebagai hasil. Belajar sebagai proses adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman belajar.. Belajar sebagai proses merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Ada enam unsur yang berkaitan dengan belajar sebagai proses, yaitu : (1) Tujuan belajar disusun berdasarkan kebutuhan belajar peserta yang terasa dan dinyatakan; (2) Peserta didik memiliki motivasi dari dalam, misalnya kebutuhan, minat, kesungguhan, harapan dan tujuan belajar. (3) Menyesuaikan tingkat kesulitan belajar yang menantang, tetapi masih dapat dicapai oleh peserta; 4) Menemukan stimulus dari lingkungan yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi dan mengatasi hambatan dalam belajar, agar tujuan belajar tercapai; 5) Memahami situasi belajar yang ada. Situasi belajar adalah dorongan belajar yang termotivasi oleh tujuan belajar dan stimulus dari lingkungan; 6) Respon peserta terhadap tujuan dan stimulus dari lingkungan sesuai dengan kesiapan belajarnya masing-masing.
Mengukur hasil belajar sebagai proses bukanlah pekerjaan mudah, oleh karena itu hanya kondisi-kondisi yang dirancang yang dapat diukur untuk mengasumsikan adanya hasil belajar sebagai proses. Ada dua hal yang harus direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Pertama, merancang dan mengelola proses yang mempermudah pembelajar memperoleh informasi dan keterampilan. Kedua, memberikan pelayanan sebagai salah satu sumber informasi dan keterampilan, karena proses belajar yang berorientasi pada pembelajar memerlukan banyak sumber yang dapat digunakan untuk belajar, misal kawan sebaya, pembimbing, supervisor, spesialis, macam-macam bahan dan pedoman yang tersedia di lingkungan pembelajar, serta menjaga agar sumber-sumber isi dan keterampilan tetap sesuai dengan kebutuhan pembelajar.
Belajar sebagai hasil adalah perubahan tingkah laku seseorang melalui proses belajar, dan perubahan tersebut harus dan dapat digunakan untuk meningkatkan penampilannya di dalam kehidupan. Sementara itu bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang cenderung terjadi sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pembelajaran sebagai hasil mengacu kepada lima katagori yaitu: (1) belajar sebagai peningkatan pengetahuan melalui perolehan informasi; (2) belajar sebagai hafalan melalui penyimpanan informasi yang dapat ditampikan kembali; (3) belajar sebagai perolehan fakta, keterampilan dan metoda yang dapat dipelihara dan digunakan jika perlu; (4) belajar sebagai penyusunan arti atau peringkasan pengertian dari materi-materi belajar yang saling berhubungan dengan dunia nyata; (5) belajar sebagai penafisran dan pemahaman terhadap dunia nyata dengan cara berbeda melalui penafsiran pengetahuan.
Belajar sebagai hasil disebut keluaran (output) dan pengaruh atau dampak (out come.) Keluaran (output) merupakan tujuan antara pendidikan sekolah. Keluaran mencakup kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar mengajar. Keluaran dapat diketahui dari kompetensi atau kemampuan yang tercantum di dalam rapor atau ijasahnya. Sedangkan pengaruh (outcome) menyangkut hasil yang telah dicapai peserta setelah lulus sekolah dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh atau dampak ini dapat diketahui dari kinerja lulusan dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan selanjutnya. Jadi hasil belajar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperoleh peserta didik yang dapat ditampilkan kembali di dalam kehidupannya sehari-hari dan pendidikan selanjutnya.

2.Pengukuran Hasil Belajar Kelompok

Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar kelompok dilakukan secara obyektif, sehingga hasil penilaian tidak diambil sama rata untuk semua anggota kelompok. Oleh karena itu penilaian perlu dilakukan kepada setiap anggota kelompok. Penilaian secara subyektif dilakukan dengan menggunakan Catatan Penampilan Kerja untuk setiap anggota kelompok yang dicatat di dalam daftar penilaian. Penilaian ini merupakan penilaian proses yang bersifat porto folio dan digunakan oleh pendidik dalam membimbing peserta didik selama belajar serta digunakan juga sebagai pertimbangan ketika akan memberikan penilaian akhir. Penilaian yang dilakukan secara obyektif adalah ceklis, tanya jawab, penilaian produk, tes kinerja. Dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar, pendidik dapat memilih bentuk-bentuk penilaian sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi satu hal yang tetap dilakukan adalah penilaian dengan Catatan Penampilan Kerja, karena ini dapat membantu pendidik dalam memberikan penilaian akhir
Penilaian ceklis berbentuk skala sikap untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik atau tingkat pencapaian hasil belajar setelah peserta menyelesaikan proses belajar. Penilaian ceklis ini dilakukan sendiri oleh peserta didik. Ceklis kemajuan belajar dapat terdiri dari dua pilihan, misal “Sudah dan Belum”. Sedangkan ceklis pencapaian hasil belajar dapat berisi tiga pilihan, misal: “Baik – Cukup – Kurang”. Penilaian Ceklis ini berguna untuk bagi pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun berikutnya.
Penilaian produk, merupakan penilaian yang dilakukan oleh pendidik terhadap produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik berupa tulisan maupun barang jadi dari suatu tugas praktek atau praktikum. Yang termasuk produk tertulis antara lain: penyelesaian soal atau pertanyaan tertulis yang ada di dalam modul, baik yang bersifat pengetahuan, perencanaan ataupun perancangan suatu produk. Sedangkan yang termasuk penilaian produk barang jadi adalah penilaian terhadap hasil karya yang dihasilkan oleh peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian mencakup: fungsi kerja, ukuran, penampilan, dan konstruksinya.
Tanya jawab merupakan penilaian yang dilakukan selama proses belajar. Tanya jawab dapat dilakukan ketika pendidik akan memberikan nilai akhir untuk satu kegiatan belajar atau satu modul setelah penialaian terhadap produk, ceklis dan catatan penampilan dilakukan.
Tes kinerja merupakan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari tes pertengahan semester atau tes sumatif. Kinerja yang akan ditampilkan telah dianalisis berdasarkan kompetensi –kompetensi yang akan dinilai, misalkan membaca gambar, menggambar, mengukur, memindahkan ukuran, memilih bahan, memotong, menggergaji, mengebor, merakit menguji dan sebagainya. Tes kinerja ini 75% berupa praktek, baik secara kelompok maupun individual.

Daftar Bacaan

Burden, Paul R & Byrd, D. M ( 1999 ). ” Effective Teaching “ Boston. Allyn and Bacon

Cooper, J.M ( 1990 ) “ Classroom Teaching Skill “. Virginia ; D. C. Heath and Company.

Lemlech, J. K. ( 1979 ) “ Classroom Management “ New York ; Harper & Row, Publishers

Nana Syaodih Syukmadinata ( 1997 ) “ Pengembangan Kurikulum “ (Teori dan Praktek) ;
Bandung; Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar