Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 09 Maret 2010

KESEIMBANGAN DI DALAM INTI ATOM

Kita perlu meninjau lebih jauh ke perincian tentang struktur sempurna yang berada di dalam sebuah atom. Seperti yang Anda ketahui, elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan listriknya. Semua elektron bermuatan negatif (-) dan semua netron bermuatan positif (+). Muatan positif (+) dari inti atom menarik elektron kepadanya. Karena alasan ini, elektron tidak meninggalkan inti, meskipun ada gaya sentrifugal (yang menarik elektron menjauhi inti) yang terjadi akibat kecepatan elektron.

Atom memiliki elektron di bagian luarnya dan proton dalam jumlah sama di bagian pusatnya. Maka, muatan listrik atom berada dalam keadaan seimbang. Namun, baik volume maupun massa proton lebih besar daripada elektron. Jika kita membandingkannya, perbedaan di antara kedua partikel ini adalah seperti perbedaan antara manusia dengan sebutir kacang kenari. Walaupun demikian, muatan listrik total keduanya tetap sama besar. Apa yang akan terjadi jika muatan listrik proton dan elektron tidak sama besar?

Dalam hal ini, semua atom di alam semesta, karena ada kelebihan muatan listrik positif (+) di dalam proton, akan menjadi bermuatan positif (+). Sebagai akibatnya, semua atom akan saling bertolakan satu sama lain. Apa yang akan terjadi jika situasi seperti ini berlangsung? Apa yang akan terjadi jika semua atom di alam semesta saling bertolakan?

Hal yang akan terjadi adalah sangat tidak lazim. Begitu terjadi perubahan seperti itu di dalam atom, tangan Anda yang saat ini sedang memegang buku, begitu pula lengan Anda, akan hancur berantakan. Tidak hanya tangan dan lengan, tetapi juga tubuh, kaki, kepala, gigi Anda, singkatnya setiap bagian tubuh Anda akan terpisah-pisah saat itu juga. Ruangan yang Anda tempati, pemandangan di luar yang terlihat dari jendela juga akan berantakan. Semua laut di bumi, gunung-gunung, semua planet di dalam tata surya dan semua benda-benda langit di jagat raya akan musnah, hancur secara serempak. Tidak ada satu benda pun yang akan tersisa.

Peristiwa seperti ini dapat terjadi jika keseimbangan antara muatan listrik elektron dan proton berbeda sekecil satu per 100 miliar. Perusakan seluruh alam semesta akan terjadi bila ada penyimpangan satu per 100 miliar dari keseimbangan ini. Dengan kata lain, keberadaan dunia dan semua makhluk hidupnya hanya mungkin terjadi dengan adanya keseimbangan yang teramat sangat halus dan teliti ini.

Kebenaran yang diungkapkan dalam keseimbangan ini adalah alam semesta tidak terjadi secara tidak sengaja tetapi sebenarnya direncanakan untuk alasan yang jelas. Satu-satunya kekuatan Yang telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, dan kemudian merancang dan menyusun alam semesta ini seperti yang diinginkan-Nya, jelas adalah Allah, Tuhan seluruh alam. Dialah yang telah menjadikan penciptaan seluruh alam ini dalam keadaan seimbang dan sempurna, seperti yang dinyatakan di dalam Al Qur’an: “Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya” (QS. An Naazi’aat, 79: 27-28)
--------------------

Rabu, 11 Maret 2009

PLANET LAIN LEWAT DUNIA MAYA


Dalam beberapa tahun terakhir, kita bisa melihat bahwa negara-negara maju seperti Amerika Serikat semakin giat memperbanyak misi-misi ruang angkasanya dalam rangka penelitian Planet Mars. Planet merah ini begitu mempesona ilmuwan-ilmuwan dunia sehingga mereka begitu ingin memecahkan misteri yang menyelubunginya. Keinginan mengunjungi dan mempelajari Mars
tidak hanya menjangkiti para ilmuwan, tetapi juga para pengusaha film, pengarang buku, dan masyarakat umum.

Yang pasti kita harus mengirimkan satelit-satelit untuk mengorbit di sekeliling planet Mars. Sebanyak 6 satelit kecil (microsatellites) nantinya akan melakukan relay data dari pesawat-pesawat dan robot-robot yang dikirimkan ke permukaan planet untuk mengambil data (misalnya gambar-gambar permukaan planet). Data-data dari masing-masing microsatellite ini kemudian dikirimkan ke satu satelit yang paling besar, yaitu Mars Aerostationery Relay Satellite atau MARSAT.

Dari Marsat, semua data yang sudah terkumpul kemudian dikirimkan ke satelit bumi. Satelit bumi mengirimkan data-data ini ke bumi supaya bisa diperiksa dan diteliti oleh para ilmuwan. Dengan sistem yang menghubungkan beberapa satelit ini, kita bisa melakukan pemantauan pada Planet Mars secara terus-menerus sehingga data yang bisa kita kumpulkan pun semakin lengkap.

Untuk sistem pengiriman datanya sendiri, para ahli komputer sudah menyiapkan berbagai rancangan sistem baru yang mirip dengan Internet Protocol (IP) dan Transmission Control Protocol (TCP) yang kita gunakan dalam sistem internet di bumi. Untuk keperluan IPN ini, sistem pengiriman data yang disebut Parcel Transfer Protocol (PTP) dirancang supaya dapat tetap berjalan walaupun ada beberapa bagian data yang hilang selama proses pengirimannya. Semua gangguan-gangguan (noise) yang muncul saat mengarungi jarak yang begitu jauh ini juga harus bisa diatasi sehingga tidak mengganggu proses pengiriman data. Proses pengiriman data melalui IPN melibatkan metode store and forward. Metode ini memungkinkan pengiriman data dalam bentuk paket-paket data sehingga menghindari kemungkinan hilangnya sebagian data selama proses pengiriman jarak jauh tersebut.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi komputer, masalah ini bisa diatasi dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan untuk selanjutnya ada kemungkinan kita juga bisa mengunjungi planet-planet lain yang lebih jauh dari Mars melalui dunia maya. (Yohanes Surya/rmb)

ORANG BUTA TIDAK BUTA LAGI


Itulah jeritan teman-teman kita yang menderita karena kehilangan fungsi indera penglihatannya. Mata merupakan organ tubuh yang sangat penting. Begitu pentingnya sehingga ada ungkapan bahwa melalui mata kita dapat melihat kepribadian seseorang. Eye is the window to the soul! Banyak yang menyatakan bahwa mata tidak pernah bisa berbohong. Mata benar-benar merupakan jendela untuk melihat ke dalam diri dan jiwa manusia. Dan bukan itu saja! Mata juga merupakan jendela yang memungkinkan kita bisa melihat berbagai keindahan dunia ini. Lalu bagaimana kalau indera penglihatan kita itu rusak? Hilang jugakah harapan kita untuk terus menikmati warna-warni dunia?

Mata kita menjalani serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip dengan proses yang terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret. Gelombang cahaya masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan gambar yang kita potret serta memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita, yang berfungsi sebagai film adalah retina.

Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang (rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya.

Gangguan penglihatan umumnya disebabkan rusaknya fungsi rod dan cone. Kerusakan ini dapat berakibat buta sebagian sampai buta total. Kerusakan photoreceptor ini (biasanya keturunan) disebut Retinitis Pigmentosa (RP). RP dapat terjadi pada usia dini. Gangguan penglihatan lainnya yang juga sering terjadi adalah menurunnya fungsi macula disebabkan usia tua atau dikenal sebagai Age-related Macular Degeneration (AMD). Photoreceptor yang mengalami degenerasi ini adalah retina bagian luar dan retina bagian dalam pada macula.

ARCC merupakan microchip yang juga terbuat dari bahan silikon yang sangat mirip dengan ASR. Luas permukaan chip ini sekitar 2 mm2, dengan ketebalan 0,02 mm. ARCC mengandung sel-sel photoreceptor yang langsung aktif saat ada cahaya yang masuk ke mata. Chip ini dipasang sebagai implant di bagian atas retina (tidak di tengah-tengah lapisan retina seperti ASR). Kedua alternatif microchip ini sama-sama menjanjikan kembalinya penglihatan, setidaknya kemampuan untuk melihat hitam dan putih (bukan detil warna). Chip mana pun yang dipilih oleh penderita yang tadinya sudah hampir kehilangan penglihatannya pasti dapat membantu mengembalikan harapan mereka untuk kembali melihat dunia. (Yohanes Surya/rmb)

Curriculum Vitae: Yohanes Surya Ph.D

Nama : Yohanes Surya Ph.D

Pendidikan
1968 - 1974 : SD Pulogadung Petang II Jakarta Timur
1974 - 1977 : SMPN 90 Jakarta
1977 - 1981 : SMAN 12 Jakarta
1981 - 1986 : Jurusan Fisika FMIPA-UI dengan gelar Drs.
1988 - 1990 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar M.Sc.
1990 - 1994 : Physics Dept. College of William and Mary, USA dengan gelar Ph.D GPA 4.0 (Summa Cum Laude)

Award/Penghargaan:

1. SUPERSEMAR Fellowship 1982/1983
2. Summer School Fellowship HUGS at CEBAF, AS pada tahun 1989,1990,1991,
3. Summer School Fellowship Dronten, Netherland 1992
4. Summer School Felloship di TRIUMF Canada 1993
5. CEBAF/SURA award AS ‘92-93 (one of the best students in nuclear physics at the south east area of the USA)
6. Zable Fellowship USA ‘93-94

Achievements dan experiences
1. Pionir yang membawa Indonesia berpartisipasi dalam Olimpiade Fisika Internasional 1993, suatu kompetisi fisika yang sangat bergengsi di tingkat dunia.
2. Founder Asian Physics Olympiad 2000, suatu lembaga yang bertanggung jawab atas terselenggaranya Olimpiade Fisika pada tingkat Asia.
3. Pionir dan pengembang Ekonofisika (econophysics) suatu cabang fisika yang mengaplikasikan fisika dalam bidang ekonomi di Indonesia
4. Salah satu founder The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering, suatu badan riset independent yang mengembangkan nanoteknologi di Indonesia 2004.
5. Salah satu founder The World Federation of Physics Competition Bali (WFPhC) 2003, suatu lembaga yang menggabungkan kompetisi fisika di
seluruh dunia.
6. Pencetus dan penggagas ide Olimpiade Sains tingkat SMP (International Junior Science Olympiad), suatu pertandingan sains untuk
tingka SMP sedunia.
7. Mempersiapkan Tim Olimpiade Fisika Indonesia sehingga menjadi juara Asia dalam Olimpiade Fisika Asia 2003 di Thailand.
8. Melatih dan memimpin pelajar Indonesia Indonesia meraih 8 medali emas, 10 perak, 20 perunggu dalam International Physics Olympiad 1993-2005
9. Melatih dan memimpin pelajar Indonesia meraih 12 emas, 3 perak, 10 perunggu, dan berbagai hadiah khusus seperti the most creative solution in Theory, the most creative solution in Experimental dalam Asian Physics Olympiad 2000-2005
10. Melatih pelajar Indonesia dalam meneliti ilmiah sehingga meraih 4 medali emas dalam kompetisi riset dunia, The First Step to Nobel Prize in Physics, suatu kompetisi riset fisika untuk anak SMA se dunia 1999, 2004 dan
2005
11. Penyelenggara dan Chairman Asian Physics Olympiad 1, Karawaci 2000, suatu perlombaan fisika yang sangat bergengsi di level Asia.
12. Penyelenggara dan Chairman International Econophysics Conference, Bali 2002, suatu konperensi yang pertama dalam bidang ekonofisika yang dihadiri oleh 79 ekonom dan fisikawan seluruh dunia.
13. Penyelenggara International Seminar of The Year Jakarta 2002, suatu seminar tentang aplikasi ekonofisika.
14. Penyelenggara dan Chairman The First Conggress The World Federation of Physics Competition Bali (WFPhC) 2002, konperensi pertama WFPhC suatu lembaga yang menggabungkan kompetisi fisika di seluruh dunia.
15. Pengembang cara belajar fisika dengan mudah, asyik dan menyenangkan melalui sistem multimedia untuk SD, SMP, SMA.
16. Penulis buku IPA dan Matematika SD, suatu buku yang berisi cara belajar IPA dan Matematika secara asyik, menarik dan menyenangkan (buku dengan konsep baru dan ide original)
17. Penulis buku Fisika (best seller book) untuk pelajar SMA 1989-1994
18. President Asian Physics Olympiad 2000 - 2005 (president pertama)
19. Vice President The First Step to Nobel Prize in Physics, suatu kompetisi riset tingkat dunia di Polandia.
20. Executive Board The World Federation of Physics Competitions
21. Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia 1993 - sekarang
22. Founder Kelas SUPER, suatu kelas ditujukan untuk anak berbakat dengan IQ > 145.

Keanggotaan:
- Himpunan Fisika Indonesia (ketua bidang kerjasama)
- Bandung Fe Institute (Board Member)
- The First Step to Nobel Prize in Physics (Vice President)
- Asian Physics Olympiad (President)
- International Physics Olympiad (Board Member)
- The World Physics Competition Federation (executive member)
- National Science Teacher Association (NSTA) - USA
- IEEE

Pengalaman Kerja:

1986 - 1988 Guru fisika SMAK 1 Pintu Air
1988 - 1989 Teaching Assistant Physics Dept. College of William and Mary
1989 - 1993 Research Assistant Physics Dept. College of William and Mary
1994 Researcher/Postdoc Continous Electron Beam Accelerator Facilities.
1995 - 1997 Jurusan Fisika Universitas Indonesia
1998 - 2003 International Center for Physics and Mathematics Univ. Pelita Harapan
2003 - 2004 Dekan Fakultas Sains dan Matematika Univ. Pelita Harapan
2004 - CEO The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering (Mochtar Riady Research Institute)
2005 - Professor Fisika Universitas Satya Wacana Salatiga.

Pengalaman lain:
1986 - 1987 Menulis buku best seller “Fisika” untuk SMA 4 volume
1994 - 1996 Menulis buku Olimpiade Fisika
1996 - 2003 Menyusun 16 modul untuk persiapan Olimpiade Fisika
2002 - 2003 Mengembangkan fisika di Dunia Fantasi Ancol.
2002 Visiting Professor di Tokyo Denki University
1992 - Melatih dan menyiapkan Tim Olimpiade Fisika Indonesia
2000 - Dewan Kurator Pusat Peragaan Ilmu dan Teknologi TMII
1995 - Juri berbagai lomba diberbagai tempat di Indonesia
1995- Menjadi dosen pengajar, dosen penguji, dosen pembimbing mahasiswa fisika di UI, USU, UPH
1995 - Memberikan training pada guru-guru diberbagai propinsi tentang bagaimana mengajar fisika dengan asyik dan menyenangkan.
2000-2002 Menulis ratusan kolom komik Asyiknya Fisika di harian Kompas dan Tempo.
2002 - Menulis komik-komik fisika (Archie Meidy, Petualangan TOFI).
2002 - Mengembangkan CD pengajaran fisika untuk SD, SLTP/SMU
2002 - Mempopulerkan fisika melalui acara TV seperti Tralala trilili, Fisika Dunia Fantasi dan Pesona Fisika TVRI.
2000 Menyelenggarakan Olimpiade Fisika Asia I di Karawaci (Chairman)
2002 Menyelenggarakan The World Physics Competition Federation di Bali (Chairman)
2002 Menyelenggarakan International Econophysics Conference di Bali (Chairman)
2003 - Memimpin Pusat Ekonofisika Universitas Pelita Harapan
2000 - Menulis banyak artikel di harian Media Indonesia, Tempo, Kompas, Bisnis Indonesia, Majalah Gatra, Majalah Swa dan Majalah Intisari.
2002 - Menulis dan mengembangkan cara pengajaran IPA dan Matematika untuk SD melalui buku dan multimedia (alat peraga dsb).
2004- Mengasuh kolom PHENOMENA di majalah Intisari bulanan.
2004 - Nara sumber Majalah Kuark
2004 - Mengembangkan pendidikan di Papua
2005 - Mengisi kolom mingguan prediksi saham dengan ekonofisika koran INVESTOR
2005 - Mengembangkan berbagai program ekonofisika di Bursa Efek Jakarta.
2005 - Menyelenggarakan seminar dan training untuk para guru dari Madrasah/Pesantren di Provinsi Banten melalui Madrasah Development Center dan program LAPIS
2005 - Ikut mengembangkan program pendidikan IPA dan Matematika untuk Madrasah/Pesantren di Indonesia.
2005 Melatih 2000 guru sekolah dasar di Provinsi DKI
2005 - Memberikan seminar pendidikan di Provinsi Jambi, Riau, Maluku, Papua, Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

Daftar Publikasi Ilmiah
1. Ji, C.R. and Yohanes Surya. Calculation of scattering with the light-cone two-body equation in f3 theories. Physical Review D, Volume 46, Number 8, 15 Oktober 1992.
2. Gross, Franz and Yohanes Surya. Unitary, relativistic resonance model for pi-N scattering. Physical Review D, Volume 47, Number 2, Februari 1993.
3. Surya, Yohanes. The E2/M1 Ratio And The Relativistic Resonance Model Of Pion Photoproduction. Aip Conference Proceedings 334 FEW-BODY PROBLEMS IN PHYSICS, 1994.
4. T. Pena, Franz Gross and Yohanes Surya. Two Pion-exchange Potential and the pi-N amplitude. Physical Review C, Volume 54 Number 5, November 1996.
5. Surya, Yohanes and Franz Gross. Unitary, Gauge invariant, relativistic resonance model for pion photo production. Physical Review C, Volume 53, Number 5, May 1996.
6. Surya, Yohanes. The Indonesian Physics Team. Physics Vol 1 no.1 tahun 1999, Journal of the World Federation of Physics Competitions ISSN 1389-6458.
7. Surya, Yohanes. The Asian Physics Olympiad (Apho), Physics Vol. 2 no.1 tahun 2000, Journal of the World Federation of Physics Competitions ISSN 1389-6458.
8. Surya, Yohanes Surya. A Study On Off-Shell Pion Effect In Gross-Surya Model Of Pion- Nucleon Scattering Jurnal Ilmiah Universitas Pelita Harapan Volume 3 No.5 Agustus 2000 ISSN 1410-3400.
9. Anto Sulaksono, Darmadi Kusno dan Yohanes Surya. Formalisme Elektroproduksi Pion Yang Kovarian, Uniter Dan Invarian Tera dengan Energi Lab Foton Sampai 770 Mev. Kontribusi Fisika Indonesia, Vol 9, No. 1 Januari 1998, ITB Bandung ISSN 0855-6878.
10. Eddy Yusuf, Darmadi Kusno dan Yohanes Surya. Panjang Hamburan Pion Nukleon. Kontribusi Fisika Indonesia, Vol 9, No. 2 1998, ISSN 0855-6878 ITB Bandung.
11. Surya, Yohanes et.all. Low Energy Pion Nucleon Scattering Interaction. URGE Project report July 1998 Dirjen Dikti Mendikbud.
12. Tjipto Yuwono, Darmadi Kusno dan Yohanes Surya. Eta-N Scattering Length. Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII HFI-P3FT LIPI, ISSN 1411-4771, April 2000.
13. Eddy Yusuf, Darmadi Kusno dan Yohanes Surya. The role of S11 and S31 resonance in piN scattering. Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII HFI-P3FT LIPI ISSN 1411-4711, April 2000.
14. Surya, Yohanes et.al., The role of S 11 resonance in ?N Scattering, arXiv:nucl-th/9911076 v2 25, Nov 1999.
15. Kurniawan, Y., Darmadi Kusno dan Yohanes Surya. Amplitudo Multikutub Fotoproduksi Pion pada Daerah Resonans Delta. Kumpulan Makalah FISIKA TEORI DAN FISIKA NUKLIR. HFI dan FMIPA - UGM Desember 1998.
16. Surya, Yohanes et.all. Formalism of Pion Nucleon Scattering up to 700 MeV. URGE Project report Maret 1999 dikeluarkan oleh Dirjen Dikti Mendikbud.
17. Surya , Yohanes et.all. Tim Olimpiade Fisika Indonesia ISBN 979-9520-00-2 Sumber Daya MIPA dengan TOFI.
18. Surya, Yohanes, Eddy Yusuf dan Darmadi Kusno. The role of S11 in Pion Nucleon Scattering. Jurnal Ilmiah Universitas Pelita Harapan Vol. 5. No. 1 April 2002.
19. Surya, Yohanes dan Harianto. Hamburan Pion Nukleon sampai energi 850 MeV Jurnal Ilmiah Univ. Pelita Harapan Vol. 5 No. 2 Agustus 2002.
20. Surya, Yohanes dan Hokky Situngkir. Keuangan Komputasional: Jaring Saraf Buatan untuk Prediksi Data Deret Waktu Keuangan, Working Paper WPE2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/001.pdf
21. Surya, Yohanes dan Yun Hariadi. Kulminasi Prediksi Data Deret Waktu Keuangan: Volatilitas dalam GARCH(1,1), Working Paper WPF2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/002.pdf
22. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir Persepsi Jaring Saraf Pada Peta Poincare Data Keuangan, Working Paper WPG2003 Bandung Fe Institute & makalah disampaikan di Conference of Application of Physics in Financial Analysis (APFA) 4, Warsawa, 13-15 November 2003. URL: http://www.ekonofisika.com/003.pdf. “Neural Network Revisited: Perception on Modified Poincare Map of Financial Time Series Data” PHYSA4238, - Vol 344/1-2 pp 100-103
23. Mart, Terry dan Yohanes Surya, Statistical Properties of The Indonesian Exchange Index makalah disampaikan di Conference of Application of Physics in Financial Analysis (APFA) 4, Warsawa, 13-15 November 2003. Published in Physica A 344 (2004) 198-202.
24. Surya, Yohanes dan Yun Hariadi. Peramalan dalam Selang GARCH(1,1), Working Paper WPH2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/004.pdf
25. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Dari Transisi Fasa Ke Sistem Keuangan: Distribusi Statistika pada Sistem Kompleks, Working Paper WPQ2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/004.pdf
26. Surya, Yohanes. Ekonofisika: Paradigma Kompleksitas & Peluangnya, BULETIN BFI Paruh Pertama 2003, Bandung Fe Institute.
27. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Peramalan Jangka Pendek Deret Waktu Keuangan Di Indonesia - eksperimentasi persepsi jaring saraf buatan pada peta poincare, Working Paper WPR2003 Bandung Fe Institute. URL:http://www.ekonofisika.com/005.pdf
28. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Platform Bangunan Multi-Agen Dalam Analisis Keuangan: gambaran deskriptif komputasi, Working Paper WPS2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/006.pdf
29. Surya, Yohanes dan Yun Hariadi. Multifraktal: Telkom, Indosat, dan HMSP, Working Paper WPT2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/007.pdf
30. Surya, Yohanes dan Yun Hariadi. Mempelajari Ekonofisika, resume on-line, URL: http://www.ekonofisika.com/tutor.html
31. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Sifat Statistika Data Ekonomi Keuangan: Studi Empirik Beberapa Indeks Saham Indonesia, Working Paper WPU2003 Bandung Fe Institute. URL: http://www.ekonofisika.com/009.pdf
32. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Agent Based Model Construction in Financial Economic System, Working Paper WPA2004 Bandung Fe Institute. URL: http://www.geocities.com/bandungfe/2004a.pdf
33. Surya, Yohanes dan Yun Hariadi. DFA Pada Saham, Working Paper WPB2004 Bandung Fe Institute. URL: http://www.geocities.com/bandungfe/2004b.pdf
34. Surya, Yohanes dan Hooky Situngkir. Micro-simulation of the Stock Market As Social Conflict, bedah buku of Roehner, B., Patterns of Speculation: A Study in Observational Econophysics, Journal of Social Complexity Vol.1 No.4, 2004 (in-press)
35. Surya, Yohanes. Non Calculus Calculation of Moment of Inertia. Journal of The World Federation of Physics Competition Vol. 5 No.1 /2003. 36. Surya, Yohanes. Menghitung Momen Inersia. Jurnal Fisika UGM, Juni 2003,
37. Surya, Yohanes. Olimpiade Fisika dan dampaknya di Indonesia. Jurnal Balitbang Juni 2003
38. Hokky Situngkir, Yohanes Surya Democracy order out of chaos, Research Paper Fisika Sosial http://arxiv.org/abs/nlin.AO/0406057 , 2004
39. Situngkir, H. & Surya, Y. The Political Robustness in Indonesia. Research Paper Fisika Sosial WPN2004. Bandung Fe Institute.
40. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2004. “Stylized Statistical Facts of Indonesian Financial Data: Empirical Study of Several Stock Indexes in Indonesia,” Finance 0405005, Economics Working Paper Archive at WUSTL.
41. Yun Hariadi & Yohanes Surya, 2004. “DFA Pada Saham,” Departmental Working Papers wpb2004, Bandung Fe Institute.
42. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2004. “Agent-based Model Construction In Financial Economic System,” Finance 0405006, Economics Working Paper Archive at WUSTL.
43. Yun Hariadi & Yohanes Surya, 2004. “LQ45* dalam TMA,” Departmental Working Papers wpi2004, Bandung Fe Institute.
44. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. “Evaluating Indonesian Composite Index Drop On August 30th 2005,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005j.pdf
45. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. “Tree of Several Asian Currencies,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005i.pdf
46. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. ” On Stock Market Dynamics through Ultrametricity of Minimum Spanning Tree,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005h.pdf
47. Hokky Situngkir , Yun Hariadi & Yohanes Surya, 2005. ” Membandingkan Sistem Perdagangan Saham dalam Aspek Likuiditas,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005g.pdf
48. Deni Khanafiah, Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. ” Jejak Trading System pada Profil Investor,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005f.pdf
49. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. ” What can we see from Investment Simulation based on Generalized (m,2)-Zipf Law?,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005e.pdf
50. Hokky Situngkir,Yun Hariadi & Yohanes Surya, 2005. ” Antara Saham Likuid dan Tak Likuid di Bursa Efek Jakarta: Perspektif Mekanika Statistika” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005d.pdf 51. Hokky Situngkir & Yohanes Surya, 2005. ” Simulasi Investasi dengan Hukum Pangkat Zipf: Analisis Zipf-(m,2) dalam Teks Data Indeks Keuangan” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL:
http://bandungfe.net/wp2005/2005c.pdf
52. Yun Hariadi & Yohanes Surya, 2005. ” Asimetri GARCH dan Simulasi Monte Carlo pada Peramalan GBP/USD,” Working Paper WPB2005 Bandung Fe Institute. URL: http://bandungfe.net/wp2005/2005b.pdf

MAKALAH YANG DISEMINARKAN

1. Surya, Yohanes. Paradigma Baru Pembelajaran IPA. FKIP UIR Riau, 20 Mei 2002.
2. Surya, Yohanes. Implementasi Visi dan Misi Pendidikan Dalam Masyarakat Majemuk dan Hi-Tech. BKPTKI ABA Methodist Palembang, 24 Oktober 1998.
3. Surya, Yohanes. Peningkatan Wawasan Pengajaran Fisika di SMU. STTM Muhammadiyah Tangerang , 27 Oktober 2001.
4. Surya, Yohanes. Fisika dan Industri - Satu Jam bersama Yohanes Surya. IPB Bogor, 27 September 2001.
5. Surya, Yohanes. Metode Pembelajaran Yang tepat dan Menyenangkan dalam penguatan konsep fisika. UNY Yogyakarta, 12 Maret 2002.
6. Surya, Yohanes. Pengembangan Fisika- Applikasi fisika. USU Sumatera Utara, 19 Sept 2002.
7. Surya, Yohanes. Materi essensial dan Soal-soal Olimpiade Fisika. SMU Taruna Nusantara Magelang 4 Agustus 2001
8. Surya, Yohanes. Konsep Model Buku Fisika. Pusat Perbukuan Depdiknas Jakarta, 25 Juni 2002
9. Surya, Yohanes. Penerapan Hasil Ristek IPTEK BIDANG MIPA dalam Dunia Industri. BPPT Jakarta, 26 Sept 2001
10. Surya, Yohanes. Filsafat Ilmu Fisika, Kompleksitas dan Ilmu Sosial. IPB 23 Mei 2003
11. Surya, Yohanes. Strategi Untuk Meraih Medali Emas Dalam Olimpiade Fisika Internasional. FMIPA Univ. Negeri Semarang 3 Mei 2003.
12. Surya, Yohanes. Dari Ekonofisika Menuju Ekonomi Baru Catatan Introduksional. FMIPA Univ. Lampung, 17 Mei 03
13. Surya, Yohanes. Peraih-Peraih Nobel Fisika Yang tak diduga. MAN Insan Cendekia, 1 Maret 2003
14. Surya, Yohanes. Pengaruh Fisika pada Lingkungan. SPH Karawaci, 4 Juni 2003
15. Surya, Yohanes. Fisika dan Olah Raga. Sekolah Dian Harapan 6 Maret 2003.
16. Surya, Yohanes. Attractive Demonstration of Physics on Basketball Court Tokyo Denki Univ. Jepang 15 January 2003
17. Surya, Yohanes. Physics of Soccer Tokyo Denki Univ. Jepang 16 January 2003
18. Surya, Yohanes. Pursuing the Grand Slam through Physics Tokyo Denki Univ. Jepang 16 January 2003
19. Surya, Yohanes. Sederhana ke Kompleks, Pidato pengukuhan guru Besar di Universitas Pelita Harapan Maret 2004
20. Surya, Yohanes Nano Teknologi: Teknologi Terkini Menyambut Masa Depan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture, dalam rangka ulang tahun LIPI Maret 2004.
21. Surya, Yohanes. The First Step to Nobel Prize in Physics, Dalam peringatan 100 tahun Einstein dan Tahun Fisika Indonesia, LIPI 2005.

Artikel Fisika di Majalah dan Koran

1. Surya, Yohanes. Ekonofisika. Majalah Intelektual UGM “Balairung” edisi 8 September 2001.
2. Surya, Yohanes. Fisika Taman Hiburan. Kompas 14 Sept 2001.
3. Surya, Yohanes. Fisika dan Industri. Kompas 5 Oktober 2001.
4. Surya, Yohanes. Sin-Itiro Tomonaga. Kompas Jumat 31 Mei 2002.
5. Surya, Yohanes. Hideki Yukawa. Kompas Jumat 7 Juni 2002.
6. Surya, Yohanes. Fisika dan Sepakbola. Tempo 8 Juni 2002.
7. Surya, Yohanes. Subramanyan Chandrasekhar. Kompas Jumat 14 Juni 2002.
8. Surya, Yohanes. Samuel Chao Chung Ting. Kompas Jumat 19 Juli 2002.
9. Surya, Yohanes. Jack St Clair Kilby. Kompas Jumat 27 September 2002.
10. Surya, Yohanes. Hidup Semakin mudah. Kompas Jumat 27 September 2002.
11. Surya, Yohanes. Gerardus Hooft. Kompas Kamis 3 Oktober 2002.
12. Surya, Yohanes. Olimpiade Fisika Internasional dan Pembangunan Bangsa. Seri Membangun Bangsa ISBN 979-416-566-2.
13. Surya, Yohanes. Fisika dan Iman Kristen. Surfing the Waves
14. Surya, Yohanes. Fisika Basket: Sirkus Fisika di Permainan Basket Kompas 17 Januari 2003.
15. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Pernah di cap Tak Bakal Bisa Fisika. Kompas 24 Januari 2003.
16. Surya, Yohanes. Fisika Sepakbola: Belajar Fisika di Lapangan Bola Kompas 31 Januari 2003.
17. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Dapat Nobel Lantaran Nyeleweng Kompas 7 Febuari 2003.
18. Surya, Yohanes. Fisika Tenis: Kejar Grand Slam dengan Fisika. Kompas 14 Febuari 2003.
19. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Genius, Suka Misteri, dan Pemecah teka-teki. Kompas 21 Febuari 2003.
20. Surya, Yohanes. Fisika bisa jadi Alat Perang Kompas 28 Febuari 2003.
21. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Bikin Bom Atom Karena Anti Nazi Kompas 7 Maret 2003.
22. Surya, Yohanes. Fisika Berenang: Kolam Hangat Berenang Makin Cepat. Kompas 14 Maret 2003.
23. Surya, Yohanes. Apakah Neutrino itu? Kompas 21 Maret 2003.
24. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Ngetop Karena Tidak Ngetren. Kompas 21 Maret 2003.
25. Surya, Yohanes. Fisika Karate: Rahasia di Balik Kesaktian Karateka. Kompas 28 Maret 2003.
26. Surya, Yohanes. Apakah Electron Tunneling itu? Kompas 11 April 2003.
27. Surya, Yohanes. Ada Kemungkinan Baterai HP Tahan bertahun. Kompas 11 April 2003.
28. Surya, Yohanes. Kita punya Banyak Jagoan Fisika. Kompas 17 April 2003.
29. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Pernah Jadi Anjing Pelacak dan Maling. Kompas 25 April 2003.
30. Surya, Yohanes. Tim Olimpiade Akhirnya jadi juara. Kompas 2 Mei 2003.
31. Surya, Yohanes. Ada yang terlibat Cinlok, lho. Kompas 2 Mei 2003.
32. Surya, Yohanes. Fisika Burung: Atraksi Fisika di Udara. Kompas 9 Mei 2003.
33. Surya, Yohanes. Infeksi di Lapisan Ozon. Kompas 29 Mei 2003.
34. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika:Pernah di tuduh Penghianat. Kompas 6 Juni 2003.
35. Surya, Yohanes. Teori Ketidakpastian Heisenberg. Kompas 6 Juni 2003.
36. Surya, Yohanes. Fisika Bersepeda: Gaya bersepeda yang efisien. Kompas 20 Juni 2003.
37. Surya, Yohanes. Mestinya Komputer Sebesar Gedung. Kompas 27 September 2002.
38. Surya, Yohanes. Teknologi: Hidup Semakin mudah. Kompas 27 September 2002.
39. Surya, Yohanes. Teknologi: Kelak Orang Bisa Menghilang, Kompas 3 Oktober 2002.
40. Surya, Yohanes. Mengawinkan Ilmu Non eksak dan Eksak. Kompas 18 Oktober 2002.
41. Surya, Yohanes. Santa Fe Institute Pendekatan Multidisiplin. Kompas 31 Oktober 2002.
42. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: The Man with Five Brains. Kompas 18 Oktober 2002.
43. Surya, Yohanes. RI Butuh pendekatan Ekonomi Baru. Bisnis Indonesia 31 Oktober 2002.
44. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Si Nilai Pas-pasan Peraih Nobel. Kompas 8 November 2002.
45. Surya, Yohanes. Belajar Fisika Yg Menyenang. Buletin Pusat Perbukuan Vol.8 Tahun 2003.
46. Surya, Yohanes. Peran Ortu dan Guru dalam Meraih Nobel Fisika. Majalah UPH, Volume 4 Juni 2003.
47. Surya, Yohanes. Tokoh Fisika: Membuat Nuklir Jadi Jinak, Kompas 4 Juli 2003.
48. Surya, Yohanes. Pauli: Lebih suka ke Kafe daripada Belajar, Kompas 25 Juli 2003.
49. Surya, Yohanes. Indonesia Berpeluang Raih 3 Emas, Kompas 1 Agustus 2003.
50. Surya, Yohanes. Superfluiditas, Awalnya mencuri dari Matahari, Kompas 31 Oktober 2003.
51. Surya, Yohanes. Ekonofisika dan Nobel Ekonomi, Kompas 7 November 2003.
52. Surya, Yohanes. Hebatnya si Mungil Nanoteknologi, Kompas 5 Desember 2003.
53. Surya, Yohanes. Mengintip Rahasia Kereta Terbang, Kompas 19 Desember 2003.
54. Surya, Yohanes. Cara terbang Pesawat Model, Kompas 9 Januari 2004.
55. Surya, Yohanes. Penerjemah yang bisa seribu Bahasa, Kompas 23 Januari 2004.
56. Surya, Yohanes. Bertamu ke Planet Tetangga, Kompas 30 Januari 2004.
57. Surya, Yohanes. Mengatur lalulintas dengan Fisika, Kompas 20 Febuari 2004.
58. Surya, Yohanes. Komputer DNA, Kompas 4 Juni 2004.
59. Surya, Yohanes. Fisika dan Pemilu, Kompas 11 Juni 2004.
60. Surya, Yohanes. Pesawat Yang tidak bisa rusak, Kompas 18 Juni 2004.
61. Surya, Yohanes. Tendangan Pisang, Suara pembaruan 20 Juni 2004.
62. Surya, Yohanes. Beli Tiket Pesawat Ke Bulan, Kompas 10 September 2004
63. Surya, Yohanes. Berapa Lama orang bertahan Tanpa Makan dan Minum? http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0401/16/075754.htm
64. Surya, Yohanes. Munculnya tahi lalat http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0403/03/204628.htm
65. Surya, Yohanes. Kaki Kanan Lebih Panjang dan Cegukan http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0405/12/120228.htm
66. Surya, Yohanes. Newton Forgive Me…, Gatra 11 September 2004
67. Surya, Yohanes. Berlayar di Angkasa, Kompas 1 Oktober 2004
68. Surya, Yohanes. Mengungkap Misteri Cahaya, Kompas 21 oktober 2005.

Buku

1. Surya, Yohanes. FISIKA untuk SMA, 4 volume. Klaten: PT Intan Pariwara(1986).
2. Surya, Yohanes. Olimpiade Fisika, 9 Volume. Klaten: PT Intan Pariwara(1996).
3. Surya, Yohanes. Fisika itu Mudah, 9 Volume. Jakarta: PT SDM(2000).
4. Surya, Yohanes dan Wendy Chandra. Komik Archie dan Meidy 1. Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera (2002).
5. Surya, Yohanes. Fisika itu Asyik 1. Jakarta : PT SDM (2002).
6. Surya, Yohanes. Mekanika 1, Jakarta: PT SDM (2002).
7. Surya, Yohanes. IPA dibuat Asyik, 8 Volume. Jakarta: PT Armandelta Selaras (2002).
8. Surya, Yohanes dan Wendy Chandra. Komik Archie dan Meidy2. Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera (2003).
9. Surya, Yohanes, Ed. Proceeding The International Economic Conference Vol. 1. Jakarta: PT SDM (2003)
10. Surya, Yohanes, Ed. Proceeding The International Economic Conference Vol. 2. Jakarta: PT SDM (2003)
11. Surya, Yohanes, Ed. Proceeding The International Economic Conference Vol. 3. Jakarta: PT SDM (2003)
12. Surya, Yohanes. Fisika itu Asyik 2. Jakarta : PT SDM (2003).
13. Surya, Yohanes, Ed. Proceeding First Conggress of The World Fed. Of Physics Competitions. Jakarta: PT SDM (2003)
14. Surya, Yohanes. Fisika untuk Semua, Jakarta: PT SDM (2004).
15. Surya, Yohanes, et.all. Aplikasi Fisika dalam Analisis Keuangan. Jakarta: PT SDM (2004).
16. Surya, Yohanes dan Wendy Chandra. Komik Archie dan Meidy. Volume 3 Bandung: Megindo Tunggal Sejahtera (April 2004).
17. Surya, Yohanes. Matematika Dibuat Asyik, 12 Volume. Jakarta: PT SDM (April 2004).
18. Surya, Yohanes. Soal dan Penyelesaian Olimpiade Fisika Internasional Vol.1., Jakarta: PT SDM (April 2004)
19. Surya, Yohanes. Soal dan Penyelesaian Olimpiade Fisika Internasional Vol.2., Jakarta: PT SDM (April 2004)
20. Surya, Yohanes. Eksperimen Olimpiade Fisika Internasional Vol.1., Jakarta: PT SDM (Mei 2004)
21. Surya, Yohanes. Eksperimen Olimpiade Fisika Internasional Vol.2., Jakarta: PT SDM (Mei 2004)
22. Surya, Yohanes. Karya ilmiah remaja 2 volume (unpublished).
23. Surya, Yohanes. Relativitas - buku Training TOFI (unpublished)
24. Surya, Yohanes. Fisika Modern - buku Training TOFI (unpublished)
25. Surya, Yohanes. Gelombang dan Optik - buku Training TOFI (unpublished).
26. Surya, Yohanes. Elektromagnetika 2 volume- buku Training TOFI (unpublished).
27. Surya, Yohanes. Termodinamika 2 volume- buku Training TOFI (unpublished).
28. Surya, Yohanes. Mekanika vol.2, vol.3 dan vol. 4- buku Training TOFI (unpublished).

Para Alumni TOFI (yang saat ini dapat dihubungi)

1. Nelson Tansu Ph.D, Prof. Lehigh Univ.
2. Jerry Prawiharjo Ph.D Southampton Univ. Optoelectronics
3. Catherina Wijaya Ph.D MIT Combustion, Chemical Kinetics, Quantum Chemistry
4. Wirawan Purwanto. Ph.D William and Mary many-body problem, Bose-Einstein condensate, quantum Monte Carlo
5. N. Barli Ph.D Tokyo University
6. Oki Gunawan Ph.D Cand. Princeton University Ballistic and quantum scale electronics device in high mobility AlAs quantum well
7. Adianto Wibisono Ph.D Cand. Amsterdam, Netherland
8. Boy Tanto Ph.D Cand Wisconsin Univ. Conducting polymer structure and photophysics
9. Zainul Abidin Ph.D Cand. William and Mary
10. Rizal Fajar Hariadi Ph.D Cand. Caltech Nanoteknologi berbasis DNA.
11. Sofian Hamid Ph.D Cand. Munich German
12. Herman Pandana Ph.D. Cand. Maryland Univ.
13. Charles Pandana Ph.D. Cand. Maryland Univ.
14. Hery Susanto Ph.D Cand. Lehigh Univ.
15. Aldy Kartika Hadi Ph.D Cand. Marseille, France
16. Wahyu Setiawan Ph.D Cand. Duke Univ.
17. Halim Kusumatmaja Ph.D Cand Oxford Univ. Quantum Montecarlo
18. Jemmy Soenjaya Ph.D Cand. NUS Data Mining
19. Landobasa Lumbantobing Ph.D Cand. NTU Left handed material, metamaterial
20. Rudy Raymond Ph.D Cand. Mc. Gill Canada
21. Ikhsan Ramdan Ph.D Cand. NTU
22. Agus Bani Abdillah Ph.D Cand. TIT Jepang
23. Herry Kwee Ph.D. Cand. William and Mary Particle Theory
24. Hendra Kwee Ph.D Cand. William and Mary Simulasi Quantum Monte Carlo untuk real material
25. Barlino Effendi Ph.D Cand. Singapore-MIT alliance Dynamic Equipment Exchange - Airline In-flight Inventory study at SIA
26. Bahar Riand Passa Ph.D Cand NTU-Carnegie Mellon Univ ST Microelectronic
27. Endi Sukma Dewata M.Sc. Texas Univ.
28. Jemmy Wijaja M.Sc. Tokyo Univ
29. Connie Gunadi M.Sc. Tokyo Univ.
30. William Adjiwinoto M.Sc. MIT
31. Teguh Budimulia M.Sc. Wisconsin Univ.
32. Endra S2 program UI - Optical Soliton
33. Evelyn Mintarno Grad Stanford Univ.
34. Imam Makhfud Grad NTU
35. P. Sahanggamu MIT - Low Coherence Interferometry
36. Rezy Pradipta MIT Plasma physics/ionospheric physics
37. Widagdo Setiawan MIT Bose - Einstein Condensation.
38. Rangga Perdana Budoyo Wesleyan Univ.
39. A. Iman Hertanto Toronto Univ.
40. Fachrian Adi NTU Singapore
41. Rizki Muhammad NTU Singapore Smart Wireless Sensors Network (Skripsi), Communications Engineering.
42. Andi Soedibjo Schlumberger Paris
43. Wayan Gde Widiartha NTU
44. Ferdinand Wawolumaya Grad NUS
45. Bremana Adhi NTU
46. Yoga Dvipayana NTU
47. Abrar Yusa NTU
48. Christopher Hendriks UPH
49. Frederick Petrus NUS
50. Fajar Ardian NTU
51. Bernard Ricardo NTU
52. Yudistira Virgus ITB
53. Tri Wiyono UGM
54. Hani Nurbiantoro ITB
55. Yendi UPH
56. Edbert Jarvis NTU
57. Ardiansyah ITB
58. Ali Sucipto NTU
59. Purnawirman NTU
60. Michael Ardian NTU
61. Yongki Utama Hongkong Science and Tech
62. Ario Wibowo NTU
63. Thomas Alfa Edison ITB
64. Charles Bernando UI

KOTA TERAPUNG


Bagaimana caranya mengapungkan sebuah kota di atas laut? Mudah saja! Kita hanya perlu meletakkan kota itu di atas sebuah kapal laut raksasa! Sebuah kapal yang juga merupakan satu kota mandiri yang dapat mengarungi lautan dan samudra! Rupanya manusia sudah mulai bosan dengan daratan sehingga mulai mencari alternatif lain untuk membangun kehidupannya. Kali ini dunia air yang mulai menarik perhatian karena sebagian besar permukaan bumi memang dipenuhi oleh air. Di saat daratan tidak lagi mampu menampung semua penduduk dunia, kita pun mulai mengadakan invasi ke perairan yang luas ini.

Di dalam air, berat benda tidak sama dengan beratnya di udara. Di dalam air benda mengalami apa yang dinamakan gaya apung (atau gaya keatas). Gaya apung ini membuat berat benda di dalam air akan terasa lebih ringan dibandingkan berat benda di udara.

Gaya apung ini ditemukan oleh Archimedes. Menurut Archimedes, besarnya gaya apung ini sama dengan berat zat cair yang dipindahkan Apa yang dimaksud dengan berat zat cair yang dipindahkan?

Misalnya kita memasukkan sebongkah es batu ke dalam gelas penuh dengan air. Sewaktu es itu dimasukkan ke gelas, ada sebagian air yang tumpah keluar. Berat air yang tumpah inilah yang disebut sebagai berat zat cair yang dipindahkan.

Menurut Archimedes, besar gaya apung pada suatu benda, sangat dipengaruhi oleh volume benda yang tercelup. Semakin besar volume benda yang tercelup semakin besar gaya apungnya. Suatu kapal besar dapat mengapung karena gaya apungnya sangat besar (ini disebabkan karena ukuran kapal yang besar sehingga volume kapal yang tercelup sangat besar). Disamping itu gaya
apung juga dipengaruhi oleh kerapatan (densitas atau massa jenis) dari cairan. Semakin besar massa jenis cairan semakin besar gaya apungnya. Ketika suatu kapal bergerak dari laut ke sungai, kapal tersebut bisa tenggelam karena gaya apung di laut lebih besar dari gaya apung di sungai (massa jenis air laut lebih besar dari massa jenis air sungai).

Berdasarkan prinsip Archimedes inilah dibuat kapal laut yang berfungsi sebagai kota terapung. Kapal laut yang nantinya akan dinamakan Freedom Ship ini berukuran lebih besar dari semua kapal laut yang pernah ada

Panjang kapal bisa mencapai 1.316 meter (4.320 kaki), dengan lebar 221 meter, dan tinggi yang mencapai 103 meter di atas permukaan air! Tentu saja kapal dengan volume sebesar ini dapat mengapung di air laut dengan mudah! Dan bukan hanya mengapung saja, kapal ini dapat juga bergerak mengarungi seluruh perairan dunia walaupun dengan kecepatan yang sangat lambat jika dibandingkan dengan kecepatan kapal layar biasa.

Kapal raksasa ini nantinya mampu menampung 50.000 penghuni tetap yang terus ditemani oleh 15.000 kru kapal. Kapal ini pun masih menyediakan tempat untuk menampung 20.000 pengunjung per harinya. Bagi para pengunjung ini disediakan 10.000 unit perhotelan dengan standar internasional, sedangkan bagi para penghuni tetap disediakan 18.000 unit perumahan dengan berbagai variasi ukuran dan harga. Penduduk yang tinggal di kota terapung ini bisa tetap menikmati segala fasilitas yang ada di kota asal mereka karena kapal ini dilengkapi dengan perkantoran, pertokoan dan pusat niaga, gedung sekolah, pusat-pusat olahraga, tempat rekreasi, restoran, gedung bioskop, gedung pertunjukan, rumah sakit, dan berbagai fasilitas lainnya. Kota terapung ini bahkan memiliki juga bandara udara yang terletak di atapnya. Helikopter maupun pesawat-pesawat kecil dapat mendarat di bandara ini dengan aman karena ukuran kapal yang sangat besar ini membuatnya sangat stabil sebagai landasan pendaratan.

Para penduduk pun tidak akan terganggu dengan suara bising maupun getaran-getaran yang timbul akibat proses pendaratan di atap kapal raksasa itu karena kapal ini sudah dilengkapi juga dengan sistem insulasi dan desain yang baik. Bagi penduduk yang memiliki pesawat pribadi disediakan pula beberapa hangar kecil khusus untuk mereka. Untuk transportasi melalui jalur laut, kota ini menyediakan juga kapal-kapal feri yang dijadwalkan untuk berangkat ke kota-kota terdekat setiap 15 menit selama 24 jam penuh! Selain itu kota terapung ini dilengkapi juga dengan sarana komunikasi yang sangat lengkap karena setiap rumah akan memiliki saluran telepon, sambungan internet, dan siaran televisi melalui satelit yang dapat pula menyiarkan berbagai program televisi di negaranegara terdekat. Sistem keamanan kota di atas laut ini pun didukung oleh pasukan keamanan yang siap berpatroli setiap saat walaupun setiap rumah sudah
dilengkapi lagi dengan berbagai sistem keamanan elektronik yang canggih.

Penduduk kota terapung ini bisa menikmati keasyikan lain yang tidak ada di kota-kota biasa. Setiap hari mereka bisa terus mengunjungi kota-kota yang berbeda di seluruh dunia. Mungkin saja pada suatu siang tim sepakbola dari sekolah di kota terapung ini datang ke salah satu kota di Italia untuk bertanding dengan tim sepakbola di sekolah lokal di kota tersebut! Seusai pertandingan mengasyikkan itu, malam harinya kelompok band dari kota terapung ini tampil di
salah satu gedung pertunjukan di kota di Italia tadi sebagai simbol persahabatan. Kegiatan-kegiatan ini bisa dilakukan di berbagai kota di dunia! Benar-benar pengalaman yang menyenangkan karena bisa mengunjungi seluruh dunia! Para pelajar di kota terapung ini bahkan bisa menikmati kunjungan ke sekolah-sekolah di kota-kota terdekat setiap harinya dengan mengikuti program daily field trip.

Konstruksi kapal terbesar di dunia ini seluruhnya dilakukan di atas laut. Prosesnya diawali dengan membuat permukaan yang mengapung di atas air, yang akan menjadi landasan dibangunnya sebuah kota yang lengkap. Kapal raksasa ini sudah pasti tidak bisa dibangun di daratan karena ukuran dan beratnya yang sangat besar dapat mempersulit proses peluncurannya ke laut. Karena itulah proses pembangunannya langsung dilakukan di atas air. Kapal raksasa ini nantinya akan digerakkan oleh 100 mesin diesel yang masing-masingnya dapat menghasilkan tenaga sebesar 3.700 HP (Horse Power).

Kota di atas laut ini juga menawarkan sistem pengolahan limbah yang sangat ramah lingkungan. Limbah minyak tidak akan dibuang ke laut, tetapi justru akan dibakar untuk menghasilkan listrik yang nantinya digunakan sebagai sumber tenaga bagi semua proses di kapal. Sedangkan berbagai limbah padat akan didaur ulang dan dijual kembali. Dengan sistem pengolahan limbah seperti ini, jumlah limbah (total) yang dihasilkan penduduk kota terapung ini bisa mencapai 80%
lebih kecil dari jumlah limbah yang mungkin dihasilkan jika mereka tinggal di kota-kota biasa. (Yohanes Surya/rmb)

Minggu, 01 Maret 2009

Makalah KONSEP DASAR PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada awal tahun dua ribu muncul arus perubahan paradigmatik, orientasi dan kebijakan pendidikan yang amat mendasar, yang kemudian melahirkan kebijakan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) dengan pendekatan pendidikan berbasis luas (broad based education). Secara teoritik perubahan paradigma, orientasi dan perspektif pendidikan kecakapan hidup ini bukanlah kebijakan yang dilandasi oleh pragmatisme sesaat, akan tetapi lebih merupakan upaya reinventing school – penemuan kembali jati diri sekolah yang mesti dilakukan di dunia pendidikan. Oleh karena itu Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 mulai mengimplementasikan pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada semua jenis, jenjang dan satuan pendidikan baik di dalam dan luar sekolah, termasuk di SMA.

Program pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan di SMA mengacu pada dua dimensi, yaitu kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill) dan kecakapan hidup spesifik (specific life skill). Dimensi generik meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir dan bernalar, serta kecakapan bekerja sama. Semua kecakapan ini dapat dikembangkan pada berbagai mata pelajaran. Sedangkan dimensi spesifik, yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik terkait dengan konten akademik mata pelajaran tertentu, misalnya fisika, biologi, geografi dan lain-lain. Sedangkan kecakapan vokasional terkait dengan kejuruan tertentu, seperti tata boga, tata busana, grafika dan lain-lain. Untuk pelaksanaan program ini Direktorat Pembinaan SMA (Dikmanum, waktu itu) melalui Bagian Proyek BBE Life Skill selama tiga tahun (2002-2004) telah membantu sejumlah sekolah dengan dana block grant.

Sebagai pengembangan dan perluasan program kecakapan hidup, khususnya yang bersifat vokasional sekaligus peningkatan mutu SMA di wilayah pesisir dan pantai, pada tahun 2006 dirintis SMA Berbasis Keunggulan Lokal Kelautan (BKLK). Semula program ini didesain bahwa aktivitas pembelajaran di SMA rintisan tersebut berorientasi kelautan. Artinya bahan ajar yang disampaikan guru diambil bernuansa kelautan, misalnya materi pembelajaran biologi diambil topik-topik yang berkaitan dengan tumbuhan di daerah pesisir dan biota laut. Begitu pula mata pelajaran olahraga, yang dikembangkan adalah olahraga air dan pantai. Di samping itu terdapat pula program vokasional, seperti budi daya hasil laut, perikanan, rumput laut dan lain-lain. Namun implementasi di sekolah berbeda, yang terjadi adalah hampir seluruh kegiatan pada program BKLK berisi vokasional.

Belajar dari berbagai pengalaman di masa lalu menunjukkan bahwa program pemerintah dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMA, dalam rangka mengakomodasi berbagai kebutuhan dan potensi daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA ternyata tidak serta merta berjalan dengan baik. Seperti penyelenggaraan BBE- Life Skill dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Kelautan di sejumlah SMA belum memperoleh hasil yang optimal dan tidak berkesinambungan. Hal ini disebabkan karena unsur pendidik dan tenaga kependidikan belum sepenuhnya memahami program tersebut. Di samping itu program yang dilaksanakan tersebut pembelajarannya bukan menjadi bagian dari struktur kurikulum. Oleh karena itu untuk pelaksanaan program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan, baik perundang-undangan, peraturan pemerintah maupun peraturan menteri.

Kalau kita sadari bahwa proses belajar dapat terjadi pada setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami proses belajar lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan. Secara alamiah setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan sebagai suatu sistem, pada dasarnya merupakan bagian dari sistem proses perolehan pengalaman belajar tersebut. Oleh karena itu secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik. Pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik diharapkan juga mengilhami mereka ketika menghadapi problema dalam kehidupan sesungguhnya (Senge, 2000).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB III pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Selanjutnya pada BAB X pasal 36 ayat (2) dinyatakan bahwa Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, dan pada pasal yang sama ayat (3) butir c menyatakan bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Keterampilan/Kejuruan (butir i) dan muatan lokal
(butir j).

David P. Ausubel (Ausubel, 1978) dan Jerome S. Bruner (Bruner, 1977), mengatakan bahwa proses pembelajaran dalam pendidikan akan menjadi lebih menarik, memberi kegairahan pada semangat belajar peserta didik, jika peserta didik melihat kegunaan, manfaat, makna dari pembelajaran guna menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya saat ini bahkan di masa depan. Pembelajaran akan memberikan suasana yang menyenangkan (joyful learning) jika berkait dengan potensi, minat, hobi, bakat peserta didik dan penerimaan siswa bahwa apa yang dipelajarinya akan berguna bagi kehidupannya di masa depan (contextual) karena siswa merasa mendapatkan keterampilan yang berharga untuk menghadapi hidup.

Salah satu prinsip contextual teaching and learning (CTL) adalah prinsip saling ketergantungan (the principle of interdependence). Prinsip saling ketergantungan menyadarkan pendidik tentang saling ketergantungannya satu sama lain, kepada siswanya, kepada masyarakat di sekitarnya dan dengan bumi tempatnya berpijak (termasuk potensi lokal yang terkandung dalam bumi). Mereka berada dalam suatu jaringan saling ketergantungan yang menciptakan lingkungan belajar. Dalam suatu lingkungan belajar di mana setiap orang menyadari keterikatannya, maka pembelajaran kontekstual mudah berkembang (Johnson, 2002). Di samping itu bahkan pembahasan keunggulan lokal terkait dengan teori konstruktivisme. Kontruktivisme menurut Bettencourt (dalam Suparno, 1997) menyatakan bahwa kita tidak pernah mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan sesuatu objek. Dalam konteks ini realitas yang ada di sekeliling siswa sehari-hari, misalnya yang berupa potensi daerah yang menjadi keunggulan lokal, akan membantu mempercepat siswa untuk mengkonstruksi pemikirannya menjadi suatu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya. Potensi daerah atau keunggulan lokal adalah potensi yang kontekstual yang dapat diangkat sebagai bahan pembelajaran yang menarik di sekolah.

Teori tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Bab III pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Seanjutnya pada BAB IV pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Ketentuan tersebut sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang telah dikeluarkan sebelumnya yaitu tentang School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung warga sekolah (pendidik, tenaga kependikan, kepala sekolah, siswa, orang tua, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah (Fadjar, A. Malik dalam Ibtisam Abu-Duhou, 2002). MBS diterapkan bertujuan untuk membangun sekolah yang efektif sehingga pendidikan berguna bagi pribadi, bangsa dan Negara. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan harus memperhatikan potensi daerah yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan lokal.

Oleh karena itulah keunggulan lokal dapat dikembangkan di sekolah melalui Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal sebagaimana UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat (5) yang menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Selanjutnya PP 19/2005 BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Selanjutnya PP 19 Tahun 2005 pada penjelasan pasal 91 ayat (1) menyatakan bahwa dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan pendidikan tertentu yang berbasis keunggulan lokal.

Dengan demikian, berdasarkan pemikiran dan perundang-undangan tersebut di atas maka di SMA perlu dikembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL).

B.Landasan

1.UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Pusat dan Daerah.
2.UU RI Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
3.UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4.UU No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
5. PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah
6.PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
7.Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
8.Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
9.Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun 2006
10.Permendiknas Nomor 6 thn 2007 tentang perubahan permen nomor 24 tahun 2006
11.Permendiknas nomor 12,13,16,18,tahun 2007 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan .
12.Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
13.Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
14.Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
15.Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
16.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
17.Renstra Depdiknas tahun 2005 – 2009.
C.Tujuan

Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu secara umum tujuan program PBKL di SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah. Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta didik :

1.mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada;
2.memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara;
3.memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional;
4.berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.



BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL (PBKL)

A.Pengertian

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama,2007). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keunggulan Lokal (KL) adalah suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.

Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah adalah potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah. Sebagai contoh potensi kota Batu Jawa Timur, memiliki potensi budi daya apel dan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat kota Batu dapat melakukan sejumlah upaya dan program, agar potensi tersebut dapat diangkat menjadi keunggulan lokal kota Batu sehingga ekonomi di wilayah kota Batu dan sekitarnya dapat berkembang dengan baik.

Kualitas dari proses dan realisasi keunggulan lokal tersebut sangat dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, yang lebih dikenal dengan istilah 7 M, yaitu Man, Money, Machine, Material, Methode, Marketing and Management. Jika sumber daya yang diperlukan bisa dipenuhi, maka proses dan realisasi tersebut akan memberikan hasil yang bagus, dan demikian sebaliknya. Di samping dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, proses dan realisasi keunggulan lokal juga harus memperhatikan kondisi pasar, para pesaing, substitusi (bahan pengganti) dan perkembangan IPTEK, khususnya perkembangan teknologi. Proses dan realisasi tersebut akan menghasilkan produk akhir sebagai keunggulan lokal yang mungkin berbentuk produk (barang/jasa) dan atau budaya yang bernilai tinggi, memiliki keunggulan komparatif, dan unik.

Dari pengertian keunggulan lokal tersebut diatas maka Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di SMA adalah pendidikan/program pembelajaran yang diselenggarakan pada SMA sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik.



B.Potensi Keunggulan Lokal

Konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Uraian masing-masing sebagai berikut.

1.Potensi Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup. Contoh bidang pertanian: padi, jagung, buah-buahan, sayur-sayuran dll.; bidang perkebunan: karet, tebu, tembakau, sawit, coklat dll.; bidang peternakan: unggas, kambing, sapi dll.; bidang perikanan: ikan laut, ikan air tawar, rumput laut, tambak, dll. Contoh lain misalnya di provinsi Jawa Timur memiliki keunggulan komparatif dan keragaman komoditas hortikultura buah-buahan yang spesifik, dengan jumlah lokasi ribuan hektar yang hampir tersebar di seluruh di wilayah kabupaten/kota. Keunggulan lokal ini akan lebih cepat berkembang, jika dikaitkan dengan konsep pembangunan agropolitan (Teropong Edisi 21, Mei-Juni 2005, h. 24). Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan bottom-up untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan pendapatan yang lebih cepat, pada suatu wilayah atau daerah tertentu, dibanding strategi pusat pertumbuhan (growth pole).

2. Potensi Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayaguna- kan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006). Pengertian adaptif artinya mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan sosial budaya. Bangsa Jepang, karena biasa diguncang gempa merupakan bangsa yang unggul dalam menghadapi gempa, sehingga cara hidup, sistem arsitektur yang dipilihnya sudah diadaptasikan bagi risiko menghadapi gempa. Kearifan lokal (indigenous wisdom) semacam ini agaknya juga dimiliki oleh penduduk pulau Simeulue di Aceh, saat tsunami datang yang ditandai dengan penurunan secara tajam dan mendadak muka air laut, banyak ikan bergelimpangan menggelepar, mereka tidak turun terlena mencari ikan, namun justru terbirit-birit lari ke tempat yang lebih tinggi, sehingga selamat dari murka tsunami. Pengertian transformatif artinya mampu memahami, menerjemahkan dan mengembangkan seluruh pengalaman dari kontak sosialnya dan kontaknya dengan fenomena alam, bagi kemaslahatan dirinya di masa depan, sehingga yang bersangkutan merupakan makhluk sosial yang berkembang berkesinambungan.

SDM merupakan penentu semua potensi keunggulan lokal. SDM sebagai sumber daya, bisa bermakna positif dan negatif, tergantung kepada paradigma, kultur dan etos kerja. Dengan kata lain tidak ada realisasi dan implementasi konsep keunggulan lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia dalam proses pencapaian keunggulan. SDM dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDA, mencirikan identitas budaya, mewarnai sebaran geografis, dan dapat berpengaruh secara timbal balik kepada kondisi geologi, hidrologi dan klimatologi setempat akibat pilihan aktivitasnya, serta memiliki latar sejarah tertentu yang khas. Pada masa awal peradaban, saat manusia masih amat tergantung kepada alam, ketergantungannya yang besar terhadap air telah menyebabkan munculnya peradaban pertama di sekitar aliran sungai besar yang subur.

3. Potensi Geografis
Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer (lapisan manusia yang merupakan tema sentral). Sidney dan Mulkerne (Tim Geografi Jakarta, 2004) mengemukakan bahwa geografi adalah ilmu tentang bumi dan kehidupan yang ada di atasnya. Pendekatan studi geografi bersifat khas. Pengkajian keunggulan lokal dari aspek geografi dengan demikian perlu memperhatikan pendekatan studi geografi. Pendekatan itu meliputi; (1) pendekatan keruangan (spatial approach), (2) pendekatan lingkungan (ecological approach) dan (3) pendekatan kompleks wilayah (integrated approach). Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran letak distribusi, relasi dan inter-relasinya. Pendekatan lingkungan berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya, sedangkan pendekatan kompleks wilayah memadukan kedua pendekatan tersebut.

Tentu saja tidak semua objek dan fenomena geografi berkait dengan konsep keunggulan lokal, karena keunggulan lokal dicirikan oleh nilai guna fenomena geografis bagi kehidupan dan penghidupan yang memiliki, dampak ekonomis dan pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Contoh tentang angina fohn yang merupakan bagian dari iklim dan cuaca sebagai fenomena geografis di atmosfer. Angin fohn adalah angin jatuh yang sifatnya panas dan kering. Angin fohn terjadi karena udara yang mengandung uap air gerakannya terhalang oleh gunung atau pegunungan. Contoh angin fohn di Indonesia adalah angin Kumbang di wilayah Cirebon dan Tegal karena pengaruh Gunung Slamet, angin Gending di wilayah Probolinggo yang terjadi karena pengaruh gunung Lamongan dan pegunungan Tengger, angin Bohorok di daerah Deli, Sumatera Utara karena pengaruh pegunungan Bukit Barisan.

Seperti diketahui angin semacam itu menciptakan keunggulan lokal Sumber Daya Alam, yang umumnya berupa tanaman tembakau, bahkan tembakau Deli berkualitas prima dan disukai sebagai bahan rokok cerutu. Semboyan Kota Probolinggo sebagai kota Bayuangga (bayu = angin, anggur dan mangga) sebagai proklamasi keunggulan lokal tidak lepas dari dampak positif angin Gending.


4. Potensi Budaya
Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal. Beberapa contoh keunggulan lokal menghargai kebudayaan setempat yaitu upacara Ngaben di Bali, Malam Bainai di Sumatera Barat, Sekatenan di Yogyakarta dan Solo dan upacara adat perkawinan di berbagai daerah.

Sebagai ilustrasi dari keunggulan lokal yang diinspirasi oleh budaya, misalnya di Kabupaten Jombang Jawa Timur, telah dikenal antara lain:
a.Teater “Tombo Ati” (Ainun Najib)
b.Musik Albanjari (Hadrah)
c.Kesenian Ludruk Besutan
d.Ritualisasi Wisuda Sinden (Sendang Beji)

5. Potensi Historis
Keunggulan lokal dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Pada potensi ini, diperlukan akulturasi terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi kultural baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi aset/potensi keunggulan lokal.

Salah satu contoh keunggulan lokal yang diinspirasi oleh potensi sejarah, adalah tentang kebesaran “Kerajaan Majapahit”, antara lain : Pemerintah Kabupaten Mojokerto secara rutin menyelenggarakan Perkawinan ala Majapahit sebagai acara resmi yang disosilaisasikan kepada masyarakat;
a.Pada bulan Desember 2002, diadakan Renungan Suci Sumpah Palapa di makam Raden Sriwijaya (Desa Bejijong, Trowulan, Kab. Mojokerto) yang dihadiri Presiden RI K.H Abdurachman Wachid;
b.Festival Budaya Majapahit yang diselenggarakan oleh Lembaga Kebudayaan dan Filsafat Javanologi dan Badan Kerjasama Organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (BKOK) bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Dinas P & K Kabupaten Mojokerto ( 27 Maret 2003).


BAB III
PROFIL PBKL

Profil PBKL mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri dari 8 komponen, yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar pembiayaan. Stiap komponen terdiri dari beberapa aspek dan indikator. Berikut ini diuraikan komponen, aspek dan indikator yang menggambarkan profil PBKL.

A.Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat komponen yang dipersyaratkan dan telah disahkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Penyusunan KTSP dilakukan secara mandiri dengan membentuk Tim KTSP dan PBKL. Komponen KTSP memuat tentang visi, misi, tujuan, struktur dan muatan KTSP, yang mengakomodasi adanya program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL). KTSP dilengkapi dengan silabus yang penyusunannya melibatkan seluruh guru dari sekolah yang bersangkutan dan memuat program keunggulan lokal terintegrasi pada mata pelajaran yang relevan, muatan lokal atau mata peljaran keterampilan. Aspek dan indikatornya adalah :

1. Memiliki dokumen Kurikulum

a.Dokumen KTSP disahkan Dinas Pendidikan Provinsi
b.KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional yang mencakup:

Agama

* Peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia
* Persatuan nasional dan nilai kebangsaan
* Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
* Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
* Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
* Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
* Dinamika perkembangan global
* Tuntutan dunia kerja
* Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
* Kesetaraan jender

Karakteristik satuan pendidikan

c. Proses penyusunan dokumen :
Membentuk Tim Penyusun KTSP (Kasek, Guru/Konselor) disertai uraian tugas masing-masing unsur yang terlibat
Menyusun progam dan jadwal kerja Tim Penyusun KTSP , yang mencakup: penyusunan draf, reviu, revisi, finalisasi, pemantapan, penilaian keterlaksanaan KTSP, dan tindak lanjut hasil penilaian secara komprehensif dan tersistem
Menganalisis konteks dan menyusun hasil analisis berupa :
Identifikasi SI dan SKL sebagai acuan dalam menjabarkan menjadi Indikator, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Bahan Penilaian, dan Bahan/Media/Alat Pembelajaran, yang mencakup:
Analisis kondisi satuan pendidikan (peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya dan program-program)
Analisis peluang dan tantangan (daya dukung : Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Dinas Pendidikan)
Membentuk Tim Pengembang PBKL
Menyusun program dan jadwal kegiatan Tim Pengembang PBKL
c. Melakukan analisis program keunggulan lokal dengan kegiatan:
Penelusuran potensi daerah yang mencirikan keunggulan lokal, yang mencakup :
Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Potensi Geografis
Potensi Budaya
Potensi Historis
Penelusuran bakat/minat dan kebutuhan peserta didik yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik
Pengkajian jenis pendidikan berbasis keunggulan lokal yang dapat dilaksanakan oleh sekolah
Penjajagan lembaga formal/non formal lain yang dapat menjadi mitra dalam pelaksanaan program pendidikan berbasis keunggulan lokal
2.Komponen KTSP, memuat :

a.Visi, misi, tujuan satuan pendidikan dan strategi (mencerminkan upaya untuk mencapai hasil belajar peserta didik yang berkualitas, dan didukung dengan suasana belajar dan suasana sekolah yang memadai/kondusif/menyenangkan dan mencirikan adanya program keunggulan lokal)

b.Struktur dan muatan KTSP, yang mencakup :
Mata pelajaran dan alokasi waktu berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar

Isi

Program muatan lokal (mencakup : jenis program dan strategi pelaksanaan) dengan ketentuan :
Pemilihan jenis mulok disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah
Menjadi mata pelajaran tersendiri, yang SK/KD nya dikembangkan berdasarkan bahan kajian yang tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain
Kegiatan pengembangan diri yang diselenggarakan sebagai berikut:
Program yang dilaksanakan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat mereka, dan kondisi sekolah yang bersangkutan
Kegiatan Pengembangan Diri dibimbing oleh Konselor dan Guru atau tenaga kependidikan lain
Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan melalui kegiatan antara lain Pelayanan Konseling (masalah pribadi, sosial, belajar), Pengembangan karir, kepramukaan, kepemimpinan, KIR, olah raga, seni, dan lain-lain
Pengaturan beban belajar yang mencerminkan adanya program keunggulan lokal diselenggarakan melalui strategi antara lain:
Terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan Mata pelajaran Muatan Lokal
Mata pelajaran Ketrampilan
Program pengembangan diri (kreativitas siswa/ekskul)
Ketuntasan belajar minimal
-KKM seluruh MP ≥ 75 % dan dilengkapi dengan rencana pencapaian kriteria ketuntasan ideal 100%.
-Dilakukan melalui analisis Indikator, KD dan SK, dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik (intake), kompleksitas SK/KD dan ketersediaan sumber daya dukung
Kenaikan kelas dan kelulusan
-Adanya kriteria kenaikan kelas yang disesuaikan dengan KKM yang telah ditetapkan dan karakteristik satuan pendidikan yang bersangkutan
-Adanya kriteria kelulusan ≥ 75 %

Penjurusan (adanya kriteria penjurusan dengan mempertimbangkan bakat, minat, prestasi siswa yang disesuaikan dengan KKM dan karateristik sekolah yang bersangkutan)
Mutasi siswa (adanya ketentuan tentang mutasi ke dalam maupun ke luar sesuai ketentuan yang berlaku)
Pendidikan kecakapan hidup yang mencakup jenis dan strategi pelaksanaan program di sekolah
Terintegrasi pada MP atau berupa paket/modul yang dapat menunjang program PBKL)
Menjadi salah satu program pengembangan diri
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, tersusunnya program PBKL sebagai berikut:
Strategi Pelaksanaan PBKL dengan cara:
@ Mengintegrasikan Substansi/bahan kajian keunggulan lokal dalam mata pelajaran yang relevan

@ Menyusun SK/KD PBKL dalam program Muatan Lokal (menjadi
mata pelajaran tersendiri)
@ Mengintegrasikan SK/KD PBKL dalam mata pelajaran Keterampilan
-Penyelenggaraan pembelajaran PBKL, dilakukan pada:
-Seluruh pembelajaran dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan
-Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan pendidikan formal lain
-Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan/lembaga pendidikan nonformal
-Kalender pendidikan tingkat satuan pendidikan yang disusun sesuai dengan kebutuhan daerah dan karakteristik sekolah

3.Penyusunan/pengembangan silabus

a.Silabus disusun/dikembangkan secara mandiri oleh satuan pendidikan dengan melibatkan seluruh guru dari sekolah yang bersangkutan
b.Memanfaatkan berbagai panduan dan contoh silabus yang dikembangkan oleh Pusat sebagai referensi dalam penyusunan/ pengembangan silabus di sekolah
c.Mengkaji keunggulan lokal/potensi daerah yang dapat:
Integrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan
Muatan Lokal
Mata pelajaran Keterampilan
d.Silabus disusun/dikembangkan dengan memperhatikan SI/SKL yang telah mengintegrasikan materi keunggulan lokal pada mata pelajaran tertentu yang relevan
e. Silabus disusun/dikembangkan melalui proses penjabaran SK/KD menjadi indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar untuk seluruh mata pelajaran, yang terdiri dari:
Mata pelajaran umum dan ciri program, dengan mengintegrasikan bahan kajian keunggulan lokal, pada mata pelajaran tertentu yang relevan
Muatan Lokal
Mata pelajaran Keterampilan
f. Silabus yang disusun telah mencakup seluruh mata pelajaran, baik yang SK/KD nya ditetapkan oleh pemerintah maupun yang disusun sekolah sesuai dengan kebutuhannya

B. Standar Proses

Sekolah mempunyai perencanaan pembelajaran yang telah mengintegrasikan program pendidikan berbasis keunggulan lokal, dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, melakukan penilaian dengan berbagai cara, melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan yang terjadi di sekolah untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada tujuh prinsip pelaksanaan kurikulum. Aspek dan indikatornya adalah:

1.Penyiapan perangkat pembelajaran

a.Adanya perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, antara berupa : RPP, Bahan Ajar, Media Pembelajaran, baik untuk pembelajaran reguler maupun remedial dan pengayaan

b.Adanya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri dari:
Mata pelajaran umum dan ciri program, dengan mengintegrasikan bahan kajian keunggulan lokal, pada mata pelajaran tertentu yang relevan
Muatan Lokal
Mata pelajaran Keterampilan

c.RPP sekurang-kurangnya berisi/memuat tentang:Bahan cetak (modul, hand out, LKS, dll)
Tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
Materi keunggulan lokal secara terintegrasi menjadi materi pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu atau menjadi mata pelajaran muatan lokal dan atau keterampilan
Pemanfaatan perpustakaan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran terutama dlm mendukung materi PBKL
Pemanfaatan laboratorium secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

d.Adanya Bahan Ajar dalam bentuk Cetakan (Modul, Hand Out, LKS dll), untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri dari:
Mata pelajaran umum dan ciri program, dengan mengintegrasikan bahan kajian keunggulan lokal, pada mata pelajaran tertentu yang relevan
Muatan Lokal
Mata pelajaran Keterampilan

e.Adanya Bahan Ajar Berbasis IT (Modul, Hand Out, LKS, audio,visual, dll) untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri dari:
Mata pelajaran umum dan ciri program, dengan mengintegrasikan bahan kajian keunggulan lokal, pada mata pelajaran tertentu yang relevan
Muatan Lokal
Mata pelajaran Keterampilan

f.Adanya program remedial sepanjang semester untuk seluruh mata pelajaran, secara berkelanjutan dan komprehensif.

g.Adanya program dan perangkat penelusuran bakat, minat dan potensi peserta didik

h.Adanya program pembimbingan/layanan konseling akademik maupun non akademik bagi peserta didik

i.Adanya Jadwal pemanfaatan perpustakaan untuk menunjang pembelajaran PBKL

j.Adanya program dan rancangan pembelajaran dengan mempertimbangkan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik untuk setiap pendidik

2.Pelaksanaan proses pembelajaran

a.Pembelajaran di sekolah diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
b.Proses pembelajaran di sekolah mendorong prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan program keunggulan lokal yang dipilih peserta didik
c.Guru menerapkan aspek keteladanan selama proses pembelajaran
d.Menerapkan pembelajaran berbasis TIK
e.Proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis, antara lain melalui pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar
f.Melaksanakan remedial secara berkelanjutan dan terprogram
g.Pelaksanaan program pembimbingan/layanan konseling akademik maupun non akademik bagi siswa
h.Melakukan penelusuran bakat dan minat peserta didik, dalam rangka pemilihan program keunggulan lokal oleh peserta didik
i.Proses Pembelajaran PBKL diselenggarakan melalui:
Pengintegrasian bahan kajian keunggulan lokal kedalam mata pelajaran umum dan atau mata pelajaran yang menjadi ciri program yang relevan
Muatan lokal (sebagai mata pelajaran tersendiri) sesuai dengan karakteristik PBKL yang diselenggarakan
Mata pelajaran Ketrampilan, sesuai dengan karakteristik PBKL yang diselenggarakan
j.Proses pembelajaran PBKL harus dapat membekali peserta didik tentang: pengetahuan dan sikap menghargai sumberdaya dan potensi daerah setempat, serta mampu menggali dan memanfaatkannya agar dapat digunakan sebagai bekal hidup di masa datang.
k.Proses Pembelajaran PBKL dapat dilakukan secara terintegrasi pada:
Seluruh pembelajaran dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan
Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan pendidikan formal lain
Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan/lembaga pendidikan nonformal

3. Pengawasan proses pembelajaran

a.Adanya program pengawasan proses pembelajaran secara komprehensif, tersistem dan berkelanjutan
b.Adanya perangkat pengawasan proses pembelajaran
c.Melaksanakan pengawasan pembelajaran yang intensif, melalui pemantauan, supervisi, evaluasi
d.Adanya laporan hasil pengawasan dan program tindak lanjut kegiatan pengawasan

C.Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia sekolah yang terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi akademik, sertifikasi profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sedangkan secara kuantitas harus memenuhi ketentuan rasio guru dan siswa. Sedangkan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan sekolah harus memenuhi persyaratan kompetensi yang dibutuhkan. Aspek dan indikatornya adalah :

1. Kualifikasi akademik tenaga pendidik

a.Melakukan analisis kualifikasi pendidik dan kependidikan untuk mendukung program pendidikan berbasis keunggulan lokal
b.Lebih dari 75 % pendidik berkualifikasi akademik minimal D IV/S1 dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan . Telah memiliki tenaga pendidik bersartifikasi propesi. Memiliki lebih dari 75% tenaga pendidik bersertifikat profesi guru untuk SMA/MA
c.Adanya program peningkatan kualifikasi dan spesialisasi/ kompetensi pendidik pada satuan pendidikan yang bersangkutan, meliputi:
Peningkatan kualifikasi D IV dan atau S1
Peningkatan spesialisasi/kompetensi seluruh guru sesuai mata pelajaran yang diajarkan
Peningkatan spesialisasi/kompetensi guru sesuai dengan jenis program PBKL yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
Peningkatan kemampuan guru dalam pengkajian substansi keunggulan lokal menjadi SK, KD dan Materi Pembelajaran pada mata pelajaran yang relevan
Peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan silabus
Peningkatan kemampuan guru dalam penyiapan RPP
Peningkatan kemampuan pendidik dalam pengembangan bahan ajar dalam bentuk cetakan
Peningkatan kemampuan pendidik dalam pengembangan bahan ajar berbasis TIK
Peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan bahan ujian
Peningkatan kemampuan dan peran guru BK
d.Adanya guru bimbingan konseling/konselor sesuai dengan rasio jumlah siswa per guru
e.Adanya pendidik untuk program PBKL yang memiliki kualifikasi keahlian dan kompetensi sesuai dengan bidang PBKL yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
f.Adanya tenaga ahli/pengajar dari satuan pendidikan formal lain atau lembaga pendidikan non formal di lingkungan setempat, yang dapat membantu pelaksanaan pembelajaran PBKL di sekolah

2.Tenaga kependidikan
a.Tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas :
Kepala sekolah
Tenaga administrasi
Tenaga perpustakaan
Tenaga laboratorium
Tenaga kebersihan
b.Kualifikasi umum dan khusus tenaga kependidikan terpenuhi untuk:
Kepala sekolah
Tenaga administrasi
Tenaga perpustakaan
Tenaga laboratorium
Tenaga kebersihan
c.Jumlah tenaga kependidikan terpenuhi sesuai kebutuhan sekolah, yang meliputi :

Tenaga administrasi
Tenaga perpustakaan
Tenaga laboratorium
Tenaga kebersihan

d. Kepala Sekolah dibantu minimal tiga orang wakil kepala sekolah yang terdiri atas bidang Akademik, sarana prasarana, dan kesiswaan

e.Adanya program pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan

f. Adanya program peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga kependidikan, sesuai dengan tugas masing-masing untuk:
Kepala sekolah
Tenaga administrasi
Tenaga perpustakaan
Tenaga laboratorium
Tenaga kebersihan


D. Standar Sarana dan Prasarana

Sekolah memiliki sarana dan prasarana meliputi satuan pendidikan, lahan, bangunan gedung, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Sekolah minimum memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Dimana SMA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 360 siswa. Lahan yang dimiliki sekolah memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga. Lahan harus memenuhi kriteria kesehatan dan keselamatan, kemiringan, pencemaran air dan udara, kebisingan, peruntukan lokasi, dan status tanah. Bangunan gedung memenuhi rasio minimum luas lantai, tata bangunan, keselamatan, kesehatan, fasilitas penyandang cacat, kenyamanan, keamanan. Bangunan gedung dipelihara secara rutin. Kelengkapan sarana prasarana yang tersedia meliputi : 1) ruang kelas, 2) ruang perpustakaan, 3) ruang laboratorium biologi, 4) ruang laboratorium fisika, 5) ruang laboratorium kimia, 6) ruang laboratorium komputer, 7) ruang laboratorium bahasa, 8) ruang pimpinan, 9) ruang guru, 10) ruang tata usaha, 11) tempat beribadah, 12) ruang konseling, 13) ruang UKS, 14) ruang organisasi kesiswaan, 15) jamban, 16) gudang, 17) ruang sirkulasi, 18) tempat bermain/berolahraga. Aspek dan indikatornya adalah :

1.Satuan pendidikan

a.Memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar

2.Lahan

a.Luas lahan sekolah memenuhi rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik (m2/peserta didik)
b.Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat
c.Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api
d.Lahan terhindar dari gangguan-gangguan pencemaran air, kebisingan, pencemaran udara
e.Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat
f.Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun

3.Bangunan gedung

a.Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik (m2/peserta didik)
b.Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan yaitu memiliki struktur yang stabil dan kukuh, ilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir
c.Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan yaitu mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai, memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung, bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
d.Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat
e. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan yaitu mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran, memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi luar ruangan, setiap ruang dilengkapi dengan lampu penerangan
f.Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan yaitu peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas
g.Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt
h.Bangunan secara berkala dilakukan pemeliharaan baik ringan maupun berat

4.Ruang Kelas

a.Jumlah minimum ruang kelas sama dengan jumlah rombongan belajar
b.Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik
c.Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik
d.Ruang kelas dilengkapi sarana meliputi perabot (kursi dan meja peserta didik, kursi dan meja guru, lemari dan papan pajang), media pendidikan (papan tulis), perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, soket listrik)
e.Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
f.Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar runagan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

5. Ruang perpustakaan

a.Luas minimum sama dengan luas 1 ruang kelas dengan lebar minimum
5 meter
b.Ruang perpustakaan dikelola berbasis ICT/TIK dilengkapi dg. sarana:
Buku (buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku pengayaan, buku referensi, bahan ajar, dan sumber belajar lain)
Perabot (rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja kerja, lemari katalog, papan pengumuman, dan meja multi media)
Peralatan Multimedia (komputer, server, CD player, dll)
Bahan pembelajaran dalam bentuk cetakan dan berbasis TIK (software/CD)
Peralatan pengelolaan perpustakaan berbasis TIK (hardware dan software)
Perlengkapan lain (buku inventaris, tempat sampah, kotak kontak, jam dinding, kipas angin, AC, dll)
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai
6.Laboratorium biologi
a.Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar
b.Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik
c.Memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan
d. Ruang laboratorium Biologi dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi guru dan siswa, meja siswa, meja demontrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari bahan), bak cuci
Peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan)
Media pendidikan (papan tulis)
Bahan habis pakai
Perlengkapan lain (kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatam P3K, tempat sampah dan jam dinding)

7. Laboratorium fisika
a.Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar
b.Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik
c.Memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan
d. Ruang laboratorium Fisika dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi guru dan siswa, meja siswa, meja demontrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari bahan), bak cuci.
Media pendidikan (papan tulis)
Perlengkapan lain (kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatam P3K, tempat sampah dan jam dinding)

8. Laboratorium kimia

a.Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 romb. belajar
b.Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik
c.Memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan
d. Ruang laboratorium Biologi dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi guru dan siswa, meja siswa, meja demontrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari bahan), bak cuci
Peralatan pendidikan (alat peraga, alat dan bahan percobaan)
Media pendidikan (papan tulis)
Bahan habis pakai
Perlengkapan lain (kotak kontak, alat pemadam kebakaran, peralatam P3K, tempat sampah dan jam dinding)

9. Laboratorium komputer

a.Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang bekerja dalam kelompok @ 2 orang
b.Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik
c.Ruang laboratorium komputer dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi dan meja peserta didik dan guru)
Peralatan pendidikan (Komputer, printer, scanner, titik akses internet, LAN, stabilizer dan modul praktik)
Media pendidikan (papan tulis)
Perlengkapan lain (kotak kontak, tempat sampah, jam dinding)

10.Laboratorium bahasa
a.Ruang laboratorium dapat menampung minimum 1 rombongan belajar yang bekerja dalam kelompok @ 2 orang
b.Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m2/peserta didik
c.Ruang laboratorium bahasa dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi, meja peserta dididk dan guru, lemari)
Peralatan pendidikan (perangkat multi media)
Media pendidikan (papan tulis)
Perlengkapan lain (kotak kontak, tempat sampah, jam dinding)

11. Ruang pimpinan

a.Luas minimum ruang 12 m2 dan lebar minimum 3 m
b.Mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah
c.Ruang pimpinan dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi dan meja pimpinan, kursi dan meja tamu, lemari, papan statistik)
Perlengkapan lain (simbol kenegaraan, tempat sampah dan jam dinding)

12.Ruang guru

a.Rasio minimum luas ruang 4 m2/pendidik, luas minimum ruang 72 m2
b.Mudah dicapai dari halaman sekolah atau dari luar lingkungan sekolah dan dekat dengan ruang pimpinan
c.Ruang guru dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi dan meja kerja, lemari, kursi tamu, papan statistik, papan pengumuman)
Perlengkapan lain (tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding)
d. Pengaturan ruang guru memungkinkan untuk mobilitas MGMP rumpun mata pelajaran yang menunjang PBKL

13. Ruang tata usaha
a.Rasio minimum luas ruang 4 m2/petugas dan luas minimum ruang
16 m2
b. Mudah dicapai dari halaman sekolah atau dari luar lingkungan sekolah dan dekat dengan ruang pimpinan
c.Ruang tata usaha dilengkapi dengan sarana:
Perabot (kursi dan meja kerja, lemari, papan statistik)
Perlengkapan lain (tempat sampah, mesin TIK/komputer, filing kabinet, brankas, telepon, jam dinding, kotak kontak, penanda waktu/bel)

14. Tempat beribadah
a.Luas minimum ruang 12 m2
b.Tempat ibadah dilengkapi sarana meliputi perabot, dan perlengkapan lain

15. Ruang konseling

a. Luas minimum ruang 9 m2
b. Ruang koseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik
c.Ruang dilengkapi sarana sebagai berikut :
perabot (meja dan kursi kerja, kursi tamu, lemari, dan papan kegiatan)
peralatan konseling (instrumen konseling, buku sumber dan media pengembangan kepribadian)
perlengkapan lain (jam dinding)

16. Ruang UKS

a.Luas minimum ruang 12 m2
b.Ruang UKS dilengkapi sarana meliputi :
perabot (tempat tidur, lemari, meja dan kursi)
perlengkapan lain (catatan kesehatan, perlengkapan P3K, tandu, selimut, tensimeter, termometer badan, timbangan badan, pengukruan tinggi banda, tempat sampah, tempat cuci tangan, dan jam dinding)

17. Ruang organisasi kesiswaan

a.Luas minimum ruang 9 m2
b.Ruang dilengkapi perabot (meja kursi, papan tulis, lemari) dan peralatan lain (jam dinding)

18. Jamban

a.Minimum jamban setiap sekolah 3 unit untuk siswa dan guru
b.Luas minimum 2 m2/jamban
c. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan
d. Tersedia air bersih di setiap unit jamban
e. Jamban dilengkapi sarana perlengkapan lain (kloset jongkok, tempat air, gayung, gantungan pakaian, tempat sampah)

19. Gudang

a.Luas minimum 21 m2
b. Gudang dilengkapi sarana perabot (lemari, rak)
c. Gudang mudah dikunci dikunci

20.Ruang sirkulasi
a.Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan antar ruang bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m dan tinggi minimum 2,5 m
b.Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup
c.Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm
d.Bangunan bertingkat dilengkapi tangga, bangunan dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum 2 tangga
e.Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak lebih dari 25 m
f.Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum 17 cm, lebar anak tangga 25 - 30 cm dilengkapi pegangan tangga dengan tinggi 85 - 90 cm
g.Tangga memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga
h.Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang cukup
21. Ruang bermain/berolahraga
a.Memenuhi rasio luas minimum 3 m2/peserta didik
b.Tempat bermain/berolahraga berukuran minimal 30mx 20m
c.Tempat bermain/berolahraga berupa ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan
d.Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak menggangu proses pembelajaran di kelas
e.Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan sebagai tempat parkir
f.Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana :
Peralatan pendidikan (tiang bendera dan bendera, peralatan bola volley, peralatan sepak bola, peralatan basket, peralatan senam, peralatan atletik, peralatan seni budaya dan peralatan keterampilan
Perlengkapan lain (pengeras suara dan tape recorder)

E. Standar Pengelolaan

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan. Disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta melibatkan peran serta masyarakat. Aspek dan indikatornya adalah:

1. Program Kerja Sekolah

a.Memiliki Dokumen Program Kerja sekolah yang mencakup program rutin dan program rintisan PBKL, yang memuat:
Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
Visi sekolah
Misi sekolah
Tujuan Sekolah
Sasaran/Hasil /Output Program
Rencana Program, Pembiayaan dan Jadwal Kegiatan Sekolah selama 3 (tiga) tahun (TP. 2007/2008 s.d. 2009/2010)
Rencana Program, Pembiayaan dan Jadwal Kegiatan Sekolah 1 (satu) tahun (tahun pelajaran 2008/2009)
b.Memiliki program kerja sekolah dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan dokumen KTSP secara komprehensif/ berkelanjutan
c.Menyusun program kerjasama dengan satuan pendidikan formal (pendidikan menengah dan atau tinggi), lembaga pendidikan non formal dalam rangka peningkatan mutu pendidikan pada satuan pendidikan yang bersangkutan

2. Penyiapan Perangkat/Panduan Operasional Oleh Satuan Pendidikan

a.Menyusun Panduan kalender pendidikan/akademik yang menunjukkan aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, ekstra kurikuler, dan hari libur pada satuan pendidikan yang bersangkutan
b.Menyusun struktur organisasi satuan pendidikan dilengkapi dengan uraian tugas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
c.Menyusun Peraturan akademik yang mencakup:
Penerimaan Siswa Baru
Penjurusan
Pindah Sekolah
Kenaikan kelas dan kelulusan
d.Menyusun Peraturan dan tata tertib satuan pendidikan bagi pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik
e.Menyusun panduan penyelenggaraan program rintisan PBKL, yang dilakukan secara terintegrasi dengan cara :
Seluruh pembelajaran dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan
Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan pendidikan formal lain
Sebagian pembelajaran dilaksanakan melalui kerjasama dengan satuan/lembaga pendidikan nonformal
f.Menyusun panduan pelaksanaan Pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang terkait
g.Menyusun panduan pembelajaran dan penilaian program PBKL yang dilaksanakan melalui:
h.Menyusun panduan pelaksanaan penelusuran dan analisis potensi dan keunggulan daerah
i.Menyusun panduan penetapan jenis program PBKL yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan ketersediaan daya dukung dan minat, bakat serta kebutuhan peserta didik
j.Menyusun Panduan penelusuran minat, bakat dan potensi peserta didik
k.Menyusun panduan pemilihan jenis program PBKL bagi peserta didik
l.Menyusun panduan pelaksanaan penilaian hasil belajar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan rintisan uji kompetensi pada mata pelajaran tertentu
m.Menyusun panduan pelaksanaan Pengembangan Diri dalam bentuk:
Program Layanan Konseling bagi Peserta Didik (Akademik dan Non Akademik)
Program pengembangan karir dan kreativitas peserta didik
n.Menyusun Dokumen kemitraan dengan lembaga formal/non formal lainnya dalam pelaksanaan program keunggulan lokal

3.Melaksanakan Pengelolaan Ketenagaan

a.Pengelolaan Kelengkapan administrasi kepegawaian pendidik dan tenaga kependidikan.
b.Menyusun dan memiliki uraian tugas dan jadwal penugasan guru dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan di sekolah
c.Melaksanakan program pertemuan rutin dengan seluruh warga sekolah (Kasek, Wakasek, Guru, Karyawan, dan siswa)
d.Menyusun dan melaksanakan program pemberdayaan/kemitraan guru dari lembaga formal/non formal lainnya untuk pelaksanaan program rintisan PBKL
e.Menyusun/menetapkan Tim Pengembang &Pengelola program rintisan PBKL

4.Melaksanakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana

a.Memiliki Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
b.Melaksanakan program pemberdayaan/kemitraan dengan lembaga formal/non formal lainnya dalam rangka pemanfaatan sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan program rintisan PBKL
c.Menyusun program pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan

5.Program Kesiswaan

a.Menyusun program dan strategi peningkatan daya tampung penerimaan siswa baru
b.Menyusun program kerja dan struktur organisasi OSIS
c.Melaksanakan program pengembangan karir dan kreatifitas siswa antara lain kegiatan: MOS, Kepramukaan, Kewirausahaan, Kepemimpinan, KIR, Kelompok Belajar, Keagamaan, Bakti Sosial, Studi Banding, Pertukaran Pelajar, Olah Raga, Seni, Keterampilan, dan lain-lain
d.Melaksanakan program layanan konseling bagi siswa baik akademik maupun non akademik
e.Memprogramkan pemberian beasiswa bagi peserta didik yang berprestasi dan kurang mampu
f.Menyusun program penelusuran alumni
g.Meningkatkan peran serta alumni untuk mendukung program kerja sekolah

6.Peningkatan Kualitas Kinerja Sekolah
a.Menyusun program dan strategi pelaksanaan pencapaian SNP, dalam rangka peningkatan kualitas kinerja satuan pendidikan
b.Menyusun program peningkatan status akreditasi sekolah "A"

7.Supervisi dan Evaluasi Keterlaksanaan program
a.Melakukan program supervisi dan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah
b.Menyusun Perangkat Supervisi dan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah
c.Memiliki Tim Supervisi dan Evaluasi Diri terhadap Kinerja sekolah
d.Melaksanakan supervisi dan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah
e.Menyusun dokumen laporan hasil supervisi dan evaluasi diri serta program tindak lanjut

8.Sistem Informasi Manajemen (SIM)
a.Adanya program dan strategi pengelolaan SIM, untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan pembelajaran, administrasi sekolah, dan layanan komunikasi baik internal maupun eksternal
b.Adanya program pengembangan sekolah sebagai :
Layanan Komunikasi dan Konsultasi bagi warga sekolah baik untuk kepentingan internal maupun eksternal
Pusat Sumber Belajar Belajar (PSB) berbasis TIK
c.Adanya fasilitas/sarana/infrastruktur pendukung pelaksanaan komunikasi dan layanan konsultasi berbasis TIK, yang mencakup:
Ruang kerja pengelola SIM
Tim Pengelola SIM (disesuaikan dengan butir 7.b)
Peralatan TIK (komputer, Server, Printer dll)
Jaringan/infrastruktur komunikasi berbasis TIK (Internet dan Intranet)
Website Sekolah
Bahan ajar berbasis TIK (software/CD/DVD)

F.Standar Pembiayaan

Pembiayaan Sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja tahunan meliputi investasi, operasi, bahan atau peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan sekolah dapat berasal orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya. Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara transparan dan akuntabel. Aspek dan indikatornya adalah :

1. Jenis dan Sumber pembiayaan

a.Sekolah mengalokasikan biaya pendidikan untuk biaya investasi (penyediaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap), biaya operasi (gaji pendidik dan tenaga kependidikan), bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi pendidikan tak langsung), dan biaya personal (biaya pendidikan dari peserta didik)
b.Sekolah mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan secara mandiri
c.Memliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya) melalui laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan
d.Sekolah memiliki pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada standar pendidikan.

2.Rencana Anggaran, Program dan Biaya Sekolah (RAPBS)

a.Menyusun program dan strategi sekolah menggali dan mengelola serta memanfaatkan dana dari berbagai sumber (orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya) melalui laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan
b.Menyusun program dan strategi pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada SNP

G.Standar Penilaian Pendidikan

Sekolah melaksanakan penilaian pendidikan melalui proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian mengacu pada prinsip penilaian dengan menggunakan teknik dan instrumen penilaian yang sesuai berdasarkan mekanisme dan prosedur penilaian terstandar. Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Aspek dan indikatornya adalah :

1.Penyiapan Perangkat Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

a.Menyusun program dan jadwal penilaian hasil belajar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas, termasuk remedial
b. Memiliki Perangkat Penilaian (berupa format penilaian)
c.Adanya Bahan Ujian/Ulangan (berupa Kumpulan Soal Ujian/Ulangan), berbasis TIK
d.Adanya Dokumen Laporan Hasil Belajar Siswa (Raport)

2.Pelaksanaan Penilaian Hasil belajar Peserta Didik

a.Seluruh pendidik telah melakukan penilaian hasil belajar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas
b. Seluruh pendidik menerapkan teknik penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok
c.Melakukan upaya/program kerjasama dengan lembaga pendidikan lain, untuk penerbitan sertifikat kelulusan pada mata pelajaran/program pembelajaran tertentu yang kelulusannya dilakukan melalui uji kompetensi
d.Melaksanakan ujian kompetensi untuk mata pelajaran tertentu, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang terkait

3.Hasil Penilaian Pencapaian Kompetensi
a. Rerata nilai UN tiga tahun terakhir minimum 7,00
b. Persentase kelulusan UN ≥ 90 % untuk tiga tahun terakhir
c.Melakukan Analisis daya serap hasil/soal ujian nasional
d.Adanya program dan strategi sekolah untuk meningkatkan mutu lulusan berdasarkan hasil analisis daya serap soal ujian nasional

BAB IV
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DI SMA

Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal utama dalam penyelenggaraan PBKL di SMA adalah peserta didik mengetahui keunggulan lokal daerah dimana dia tinggal, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut, sehingga menjadi bagian dari kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dapat dijadikan bahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) rasa bangga terhadap daerahnya dan keterampilan (psikomotorik) yang dapat mereka pergunakan, baik ketika mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau menekuni suatu pekerjaan tertentu. Dalam penyelenggaran program PBKL di SMA perlu memperhatikan strategi pelaksanaan, identifikasi kondisi dan Kebutuhan daerah, identifikasi potensi satuan pendidikan, identifikasi jenis keunggulan lokal, dan bagaimana melakukan kerja sama dengan instansi lain.

A. Strategi Pelaksanaan PBKL di SMA

Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SMA merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertuang pada PP 19 Tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat (2) yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok matapelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani,olah raga dan kesehatan; dan ayat (3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. Oleh karena itu PBKL dapat diselenggarakan melalui tiga cara, yaitu pengintegrasian dalam mata pelajaran yang relevan, muatan lokal, dan mata pelajaran keterampilan.

1.Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Bahan kajian keunggulan lokal dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu yang relevan dengan SK/KD mata pelajaran tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengkaji SK/KD mata pelajaran yang terkait dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan lokal. Hasil pengkajian SK/KD tersebut dituangkan pada penyempurnaan silabus dan RPP. Kemudian dibuat bahan ajar cetak dan bahan ajar ICT yang mengintegrasikan PBKL pada mata pelajaran yang relevan. Pola pengintegrasian PBKL pada mata pelajaran dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini.
a.Melaksanakan identifikasi SK/KD yang telah ada dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan lokal, sehingga terpilih beberapa konsep pada mata pelajaran yang relevan.
b.Menyempurnakan Silabus mata pelajaran pada konsep yang terpilih berdasarkan hasil identifikasi SK/KD yang dihubungkan dengan keunggulan lokal.
c.Menyempurnakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran pada SK/KD yang terpilih.
d.Membuat bahan ajar (modul,LKS dll) atau bahan ajar mata pelajaran yang mengintegrasikan PBKL dan berbasis ICT
e.Membuat bahan/perangkat ujian dari konsep yang yang telah terpilih pengintegrasian PBKL-nya.

Contoh :
Di suatu tempat/sekolah sangat kental dipengaruhi oleh budaya religius, karena di sekitar sekolah banyak terdapat pondok pesantren, sehingga banyak siswa yang belajar di sekolah formal dan mengaji di pondok pesantren tradisional. Maka potensi budaya religius ini dapat diintegrasikan kedalam mata pelajaran, misalnya memasukan ayat-ayat suci Al Quran kedalam mata pelajaran Fisika, dimulai dengan memasukannya kedalam SK/KD, silabus, RPP dan bahan ajar. Contoh lain dilihat dari potensi geografis, suatu sekolah berada di daerah pertanian, maka di bagian mata pelajaran Kimia atau Biologi dapat memasukan konsep pembuatan pupuk, minyak kelapa dengan proses kimia atau pembudidayaan jamur, apotik hidup dll.

2.Mata Pelajaran Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Kajian mata pelajaran muatan lokal dapat ditentukan oleh satuan pendidikan. Untuk itu terlebih dahulu harus disusun SK/KD, silabus dan Rencana Pembelajaran yang memungkinkan setiap satuan pendidikan dapat menyelenggarakan pembelajaran muatan lokal. Dalam kurun waktu tertentu (semester/ tahun) sekolah dapat menyediakan 2, 3 atau beberapa jenis muatan lokal yang akan dipilih siswa. Dengan demikian siswa mempunyai pilihan untuk mengikuti lebih dari satu jenis program keunggulan lokal pada setiap tahun pelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing serta program yang diselenggarakan oleh sekolah.

Contoh : Muatan Lokal Seni Pahat
Kerajinan ”cor perunggu dan patung batu” di Kecamatan Trowulan-Kabupaten Mojokerto adalah peninggalan Kerajaan Majapahit. Hasil kerajinan tersebut terpajang di pinggir jalan yang tersebar di Desa Jati Pasar, Jati Sumber, Wates dan Minak Jinggo. Di Desa Wates, salah satu Sentra Kerajinan di Trowulan. Umumnya perajin di Trowulan memproduksi patung Budha, Ken Dedes, Ganesha, Syiwa dan Brahma sebagai pesanan dari Bali. Hasil kerajinan tersebut beredar luas kemana-mana, bukan saja di dalam negeri, namun juga ke mancanegara. Hasil kerajinan seniman Trowulan, juga menghiasi banyak art shop di Bali untuk selanjutnya di transfer ke banyak Negara.

Kondisi tersebut dikaji oleh sekolah dari berbagai hal seperti kemampuan sekolah, bakat dan minat siswa serta ketersediaan SDM yang ada. Kemudian sekolah menetapkan bahwa seni pahat menjadi mata pelajaran muatan lokal di sekolah. Langkah selanjutnya yang dilakukan sekolah adalah menyusun SK/KD, menyusun silabus, menyusun bahan ajar, dan strategi penilaian. Setiap satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Dengan demikian siswa boleh mengikuti lebih dari satu jenis program keunggulan lokal pada setiap tahun pelajaran sesuai dengan minat, program dan daya dukung sekolah.

3.Mata Pelajaran Keterampilan.

Strategi ini digunakan untuk menyajikan materi atau substansi keunggulan lokal secara berdiri sendiri, bukan terintegrasi dengan mata pelajaran. Dengan demikian SK/KD dapat menggunakan mata pelajaran keterampilan sesuai dengan bahan ajar/substansi keunggulan lokal yang diselenggarakan. Apabila SK/KD yang tersedia tidak relevan dengan bahan ajar/substansi program keunggulan lokal, maka satuan pendidikan dapat mengembangkan sendiri SK/KD yang sesuai dengan kebutuhan. Siswa harus mengikuti pembelajaran secara komprehensif mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Melalui pendekatan ini peserta didik akan lebih menguasai substansi keunggulan lokal yang diprogramkan di sekolah. Harus diingat bahwa program keterampilan di SMA bukan untuk menghasilkan produk keterampilan sebagaimana di SMK, tetapi sebagai pengenalan keterampilan yang terkait dengan keunggulan lokal untuk mempersiapkan pilihan jurusan di Perguruan Tinggi.

Contoh :
Bali merupakan daerah kunjungan wisata yang sangat dikagumi oleh wisatawan mancanegara. Salah satu SMA di Denpasar memprogramkan mata pelajaran bahasa Prancis yang diikuti oleh siswa kelas X, XI dan XII. Setelah siswa lulus SMA, mereka melanjutkan pendidikan di PT dengan mengambil jurusan bahasa Prancis. Bagi siswa yang tidak memperoleh peluang diterima di PT meraka dapat menjadi pemandu wisata bagi wisatawan Prancis di daerahnya.

B. Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah

Kegiatan identifikasi ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai kondisi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, dan Dunia Usaha/Industri. Kondisi daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

1.Rencana pembangunan daerah, termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2.Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan;
3.Aspirasi masyarakat mengenai konservasi alam dan pengembangan daerah.

Pengumpulan data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Data yang dikumpulkan oleh sekolah meliputi :

1.Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar-penduduk, kerukunan antarumat beragama, dsb.);
2.Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)
3.Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.);
4.Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.)
5.Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta, asinan Bogor, gudeg Yogya, rendang Padang, dsb.);
6.Prioritas pembangunan daerah (pendidikan, kesehatan, pertanian, perkebunan, pengentasan kemiskinan, dsb.);
7.Kepedulian masyarakat akan konservasi dan pengembangan daerah;
8.Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah (sebagai kota jasa, kota perdagangan, dan kota pariwisata), seperti kemampuan berbahasa asing, keterampilan komputer, dll.

C. Identifikasi Potensi Satuan Pendidikan

Kondisi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan program PBKL yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap potensi masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki. Kegiatan yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik yang harus memperhatikan:

1.lingkungan, sarana dan prasarana,
2.ketersediaan sumber dana,
3.sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik),
4.dukungan Komite Sekolah dan masyarakat setempat,
5.dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri,
6.kemungkinan perkembangan sekolah.

D. Identifikasi Jenis Keunggulan Lokal

Berdasarkan kajian beberapa sumber, maka dapat dipilih/ditentukan jenis program keunggulan lokal yang memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan potensi pendidik dari satuan pendidikan. Penentuan jenis muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:

1.kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik (fisik, psikis, dan sosial);
2.ketersediaan pendidik yang diperlukan;
3.ketersediaan sarana dan prasarana;
4.ketersediaan sumber dana;
5.tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
6.tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
7.diperlukan oleh lingkungan sekitar.

Berbagai jenis keunggulan Lokal yang dapat dikembangkan misalnya:

1.Kesenian daerah;
2.Tata busana, tata boga, perawatan tubuh, dan sejenisnya;
3.Elektronika (perakitan, perawatan, dan perbaikan alat-alat elektronik);
4.Kewirausahaan, industri kecil (penyiapan, produksi, dan pemasaran);
5.Pendayagunaan potensi kelautan;
6.Lingkungan hidup (pengelolaan dan pelestarian);
7.Pembinaan karakter (etika dan pemberian layanan prima);
8.Komputer (yang tidak termasuk dalam SK/KD mata pelajaran TIK), misalnya perakitan & perbaikan komputer, desain grafis, komputer akuntansi, dan sejenisnya;
9.Bahasa Asing (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Asing).

E. Kerjasama dengan Unsur Lain
Pengembangan program PBKL di sekolah bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal untuk memperlancar pengembangan keunggulan Lokal yang akan dilaksanakan pada satuan pendidikan masing-masing. Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam menentukan program PBKL yang akan dilaksanakan. Tim pengembang kurikulum yang sudah dibentuk di setiap satuan pendidikan, bertanggung jawab dalam pengembangan PBKL. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan pula masukan dari guru yang akan mengampu mata pelajaran Muatan Lokal, Keterampilan atau mata pelajaran lain yang relevan. Di samping itu, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia usaha/industri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Dinas lain yang terkait. Dalam kerjasama ini masing-masing unsur memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab tertentu.

1.Peran, tugas, dan tanggung jawab tim pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangan PBKL secara umum adalah sebagai berikut:
a.Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b.Mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c.Mengidentifikasi jenis keunggulan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik dan satuan pendidikan;
d.Menentukan jenis program PBKL yang akan dilaksanakan;
e.Menyusun SK, KD dan Silabus Muatan Lokal dan mata pelajaran Keterampilan apabila SK/KD yang ada tidak relevan.

2. Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, dan LPMP adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a.mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b.mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c.mengidentifikasi jenis program PBKL yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik dan satuan pendidikan;
d.menentukan jenis dan prioritas program yang akan dilaksanakan;
e.menyusun SK, KD, dan Silabus Muatan Lokal dan mata pelajaran keterampilan;
f.memilih alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis program;
g.mengembangkan penilaian yang tepat untuk program PBKL yang dilaksanakan.

3.Peran pemerintah daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum adalah:
a.memberi informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia di wilayah lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
b.memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;
c.memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan prioritas program PBKL sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.

4.Peran instansi/lembaga lain seperti dunia usaha/industri, SMK, PLS, dan Dinas terkait secara umum adalah:
a.memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk PBKL yang diprogramkan;
b.memberi masukan dan atau contoh SK, KD, dan silabus yang dapat diadaptasi untuk muatan lokal dan keterampilan di SMA;
c.memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut guna memantapkan kemampuan/keterampilan yang didapat dalam program PBKL.

F.Pelaksanaan Penilaian Program PBKL

Penilaian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar peserta didik pada setiap Kompetensi Dasar (KD). Penilaian ini mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan jenis keunggulan lokal yang dilaksanakan oleh sekolah. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar untuk menentukan peserta didik yang boleh melanjutkan ke materi pelajaran berikutnya dan peserta didik yang perlu mendapat layanan perbaikan/remedial.

Pelaksanaan Penilaian Program Pembelajaran PBKL disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran pendidikan keunggulan lokal yang dilaksanakan sebagai berikut, apabila:
1.terintegrasi dalam mata pelajaran, maka penilaiannya menyatu dengan SK dan KD mata pelajaran yang terkait.
2.menjadi mata pelajaran keterampilan, maka penilaiannya dilakukan secara mandiri sesuai dengan jenis program yang diselenggarakan.
3.menjadi muatan lokal, maka penilaiannya dilakukan secara mandiri sesuai dengan jenis program yang diselenggarakan, sama halnya seperti pada mata pelajaran keterampilan.

Penilaian hasil belajar peserta didik harus mendorong peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Prinsip penilaian yang digunakan adalah seperti berikut ini.
1.Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2.Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3.Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4.Terpadu, yakni penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran.
5.Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6.Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7.Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.




DAFTAR PUSTAKA

Abu-Duhou, I., 2002. School Based Management, Jakarta: Logos.

Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Ausubel, D.P. 1978. Educational Psychology: A Cognitive View, New York:
Werbwl & Peck.

Bettencourt, A, 1989. What is Constructivism and Why Are They All Talking
about It?,Michign State University.

Bruner, J.S, 1977. The Process of Education, Cambridge: Harvard University
Press.

Johnson, E. B., 2002. Contextual Teaching and Learning, Thousand Oaks:
Corwin Press, Inc.

Komariah, A. dan Triatna, C., 2005. Visionary Leadership, Jakarta: Bumi
Aksara.

Sulaksana,U., 2004. Manajemen Perubahan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.